Selasa 14 Nov 2017 13:00 WIB

Magma Terkunci di Ruang Pendingin Sebelum Gunung Api Meletus

Rep: Noer Qo. Kusumawardhani/ Red: Winda Destiana Putri
Gunung Merapi Meletus/Ilustrasi
Foto: Republika
Gunung Merapi Meletus/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Letusan gunung berapi mengingatkan manusia pada kolom magma yang sangat panas dan cair. Tetapi, orang-orang mungkin akan terkejut jika mengetahui massa batuan cair super panas tersimpan di ruang pendingin sebelum meletus.

Ahli geologi Universitas Wisconsin-Madison, Nathan Andersen mengungkapkan pandangan zaman dahulu ada tangki besar batuan cair tersimpan di kerak bumi dalam periode panjang. "Pandangan baru bahwa magma tersimpan lama dalam keadaan terkunci lalu mengkristal dan tak mampu menghasilkan letusan. Sistem yang tidak aktif itu membutuhkan suntikan panas yang sangat besar untuk meletus," kata Andersn dikutip dari Science Alert.

Suntikan panas yang begitu besar ini diperkirakan telah melepaskan erupsi besar di California sekitar 765 ribu tahun lalu. Peristiwa ini menghasilkan Kaldera Long Valley di bagian timur negara bagian. Lapisan puing-puing terlempar dari Samudra Pasifik ke Nebraska.

Menurut Ahli Geologi Brad Singer peristiwa itu menghapus semua yang ada dalam jarak 50 km dari kaldera. "Semua vegetasi dan biota di daerah itu mati," ujar Singer.

Namun erupsi yang besar memberikan bukti yang tersisa agar kita tahu tentang kondisi magma di bawah tanah sebelum meletus. Secara khusus, analisis isotop argon yang terkandung dalam kristal The Bishop Tuff (potong batu besar yang dihasilkan saat Kaldera Long Valley diciptakan) menunjukkan magma dari erupsi besar dipanaskan dengan cepat.

Secara geologis, yaitu berarti kekuatan pemanasan yang menghasilkan erupsi besar terjadi selama beberapa dekade atau mungkin beberapa abad. Alasannya adalah argon cepat lolos dari kristal panas, jadi tidak ada kesempatan tertumpuk di batu karang jika batu dipanaskan dulu dalam waktu lama.

Dengan menggunakan spektrometer massa presisi tinggi, tim menemukan isotop argon yang mencakup rentang 16 ribu tahun dari The Bishop Tuff. Hal itu menunjukkan bahwa argon bertahan lama sebelum erupsi besar berlangsung, artinya magma akan lebih dingin lagi sebelum memanas secara tiba-tiba.

"Pasti sudah dingin sampai benar-benar padat. Itu benar-benar sebuah batu pada sesuatu yang lebih seperti 400 derajat celcius," kata Andersen.

Kemudian, perubahan kondisi termal akan secara relatif cepat 'melelehkan' batuan yang diawetkan dalam ruang pendingin dan membawa magma ke ambang batas 700 hingga 850 derajat celcius. Suhu itu dibutuhkan gunung berapi untuk meletus dan menghasilkan 450 kilometer kubik lahar dan abu.

Para ilmuwan melakukan semua yang mereka bisa untuk membaca tanda-tanda erupsi besar vulkanik. Meskipun kenyataannya temuan baru itu tidak berpengaruh.

"Ini tidak mengarah pada prediksi dengan cara konkret. Tapi ini menunjukkan fakta bahwa kita tidak mengerti apa yang terjadi dalam sistem ini, dalam periode 10 sampai seribu tahun sebelum letusan besar," ujar Singer menjelaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement