Ahad 12 Nov 2017 05:00 WIB

Begini Cara Generasi 'Zaman Now' Bekerja 

Rep: NORA AZIZAH/ Red: Winda Destiana Putri
linkedin
linkedin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah diolah LinkedIn, Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi dari sektor pekerja. Pada 2020 sampai 2030 mendatang jumlah angkatan kerja berusia 15 sampai 64 tahun akan mencapai 70 persen, sementara usia tidak produktif di bawah 14 tahun hanya sebesar 30 persen.

Angka tersebut menunjukkan dalam waktu dekat Indonesia akan memiliki ''generasi milenials'' di dunia kerja. Meski demikian berdasarkan hasil survey LinkedIn pada Hari Anak Nasional 2017, generasi muda Indonesia masih banyak yang belum bisa mencapai ambisi di dunia kerja. Hanya ada dua faktor penghalang, yakni pendidikan dan relasi. Padahal, generasi muda Indonesia cenderung memiliki karakter pembelajar dan berani mencoba tantangan.

Era milenials dianggap bisa merubah kondisi tersebut. Salah satunya, perkembangan teknologi digital turut mengubah cara para pencari kerja dalam mencari lapangan pekerjaan. Kini, banyak perusahaan tidak lagi repot menyebarkan lowongan pekerjaan. Institusi mulai menggunakan platform pencari pekerjaan online dan media jejaring sosial. Media digital tersebut saat ini sudah menjadi konsumsi para generasi milenials.

Salah satu perusahaan startup yang melakukan perekrutan pekerja muda melalui platform digital, yakni BukaLapak. Marketplace tersebut sudah lama menggunakan LinkedIn untuk mencari pegawai. "Kami biasanya melihat profil calon karyawan di LinkedIn, baru menyeleksi secara personal," ujar Founder dan Chief Executive Officer (CEO) BukaLapak Achmad Zaky dalam acara Meida Briefing LinkedIn di Jakarta, pekan lalu.

Zaky mengatakan, cara para milenials bekerja memang berbeda dari generasi sebelumnya. Dulu, pekerja diharuskan datang ke kantor kemudian berada di balik layar komputer dan meja. Namun di era generasi milenials, mereka menyelesaikan pekerjaan cenderung secara mobile. Kantor yang digunakan juga tidak umum. BukaLapak di awal berdiri berkantor di dalam garasi rumah. Meeting bisa dilakukan di kedai kopi atau di sebuah co-working space.

Hal tersebut tumbuh di tengah berkembangnya teknologi di dunia. Maka tidak heran bila saat ini platform sejenis LinkedIn menjadi pintu utama bagi sebuah perusahaan melihat potensi calon karyawan. Meski demikian LinkedIn saja memang tidak cukup. Perusahaan yang akan melakukan perekrutan juga menggunakan cara konvensional, yakni wawancara kerja untuk memperdalam karakter.

Hal yang utama dicari dari seorang milenials untuk mendapat pekerjaan, yakni keterampilan tambahan atau softskill. Keterampilan tersebut bahkan menjadi nilai tambah paling besar bagi seorang pekerja yang mampu memikat perusahaan. Namun, softskill tidak bisa dimiliki semua orang. Biasanya softskill memang dimiliki para milenials, khususnya yang mempunyai karakter pantang menyerah dan selalu tertarik melakukan hal baru.

"Ini bisa diketahui setelah bekerja tim dengan mereka," jelas Zaky. Misalnya, anak muda yang cenderung bisa menyelesaikan masalah tanpa harus disuruh akan jauh lebih berhasil daripada yang tidak. Ketika diberikan sebuah tantangan, pekerja tidak melulu harus mengikuti atasan. Terkadang jiwa ''memberontak'' diperlukan apabila memberikan solusi lebih baik bagi perusahaan. 

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement