Selasa 31 Oct 2017 08:00 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mampu Deteksi Kanker Usus

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sel kanker.
Foto: Evening Standard
Sel kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Kemajuan teknologi terus digunakan dan diaplikasikan ke berbagai bidang, termasuk dalam bidang kesehatan. Penggunaan teknologi tinggi untuk mendeteksi secara dini potensi kanker di dalam tubuh manusia menjadi salah satu tren di dunia kesehatan saat ini. Salah satunya adalah Kecerdasan Buatan (AI) yang dikembangkan oleh sekelompok peneliti dari Jepang.

AI berupa sistem perangkat lunak (software) tersebut mampu mengenali potensi kanker usus yang dialami oleh seseorang. Bahkan, tingkat akurasi dari AI ini diklaim mendekati 94 persen. Waktu yang dibutuhkan sistem ini untuk dapat mengenali kanker usus pun hanya dalam hitungan detik.

Dalam percobaan terakhir, sistem AI ini mampu mengenali dan mengidentifikasi spot colorectal adenomas, yang dapat berkembang menjadi tumor dan kanker usus, dari sebuah gambar hasil endoskopi yang diperbesar.

Gambar tersebut kemudian dicocokan dengan 30 ribu gambar serupa. Sistem juga telah mengidentifikasi sekitar 300 colorectal adenomas dari 250 pasien, dengan waktu kurang dari satu detik.

Tidak hanya itu, sistem AI ini juga mampu menilai tingkat keganasan dari kanker ataupun tumor berdasarkan gambar endoskopi. Para peneliti menyebut, tingkat akurasi dari hasil sistem ini mencapai 94 persen.

''Apa yang paling menakjubkan dari terobosan ini, sistem AI dapat mengidentifikasi kanker usus secara real time dari gambar endoskopi,'' ujar kepala tim peneliti dari Universitas Showa, Yuichi Mori, saat memperkenalkan sistem ini di Konferensi Gastroenterology di Barcelona, Spanyol, seperti dikutip ZDnet, Senin (30/10).

Kendati begitu, Mori menuturkan, meskipun sistem ini belum mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Jepang, namun Mori yakin, sistem ini dapat membantu pasien. Dengan bantuan sistem ini, para pasien dapat menghindari kemungkinan operasi ataupun bedah pengangkatan tumor atau kanker dari usus.

Selain itu, Mori pun optimistis, sistem ini akan segera mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Jepang untuk diaplikasikan secara klinis di rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan. ''Kami yakin, hasil ini dapat diterima untuk aplikasi klinis. Dengan begitu, tujuan pertama kami saat ini adalah mendapatkan izin dari pihak berwenang untuk bisa melakukan diagnosis awal,'' tutur Mori.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement