REPUBLIKA.CO.ID, Pemanasan global telah menciptakan teror bagi umat manusia akan kemungkinan lautan yang meluap dan menenggelamkan daratan. Fenomena alam tersebut justru berkebalikan dengan peristiwa yang pernah menimpa bumi pada masa silam, yakni air yang surut secara drastis.
Kekeringan laut yang monumental pernah melanda bumi pada 5 juta tahun yang lalu. Perisitiwa tersebut secara literal telah membuat lautan Mediterania terevaporasi alias mengering. Laut mediterania seakan hilang dari peta dunia.
Episode menakutkan dari bumi tersebut diperkirakan pernah terjadi antara 5,96 sampai 5,33 juta tahun yang lalu. Masa - masa itu dijuluki sebagai krisis salinitas messinian.
Menurut sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh para periset dari Universitas Jenewa (UNIGE) di Swiss, hilangnya air secara massal tersebut tidak akan terdeteksi oleh daerah vulkanik yang berada di sekitar dan di bawah Laut Tengah.
"Kami memahami bahwa apa yang terjadi di permukaan bumi, seperti penurunan permukaan laut yang tiba-tiba, menyebabkan tekanan berubah pada kedalaman dan berpengaruh pada produksi magma," kata salah satu peneliti UNIGE, geolog struktural Pietro Sternai.
Selama Krisis Salinitas Messinian, tim tersebut memperkirakan bahwa ada sekitar 13 letusan gunung berapi di sekitar cekungan Mediterania. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan kristal mineral dari magma yang didinginkan. Tingkat aktivitas vulkanik ini lebih dari dua kali aktivitas rata-rata yang diperkirakan di wilayah Mediterania selama periode tersebut.
"Satu - satunya penjelasan logis adalah hipotesis bahwa laut mengering, karena ini adalah satu-satunya peristiwa yang cukup kuat untuk mengubah tekanan bumi dan produksi magmatik di seluruh Mediterania," kata Sternai.
Hal tersebut karena, dengan air yang jauh lebih sedikit yang menempati cekungan Mediterania, tekanan pada lahan sekitarnya akan mengalami penurunan yang signifikan - menghasilkan fenomena yang disebut pembongkaran muatan litosfer, sebagai respons terhadap keringanan.
Efek dari begitu banyak beban yang diangkat akan menyebabkan kerak bumi melentur. Sehingga mendorong produksi magma di ruang vulkanik bertekanan rendah.
"Simulasi menunjukkan bahwa satu-satunya cara untuk menjelaskan peningkatan aktivitas vulkanik yang terbukti adalah bahwa permukaan air Laut Mediterania turun sekitar 2 kilometer (1,2 mil)," kata Sternai.
Selama ini kita sering berteori tentang bagaimana gunung berapi dapat mempengaruhi perubahan iklim. Sementara temuan ini mengatakan bahwa hal sebaliknya juga mungkin terjadi. Yakni tatkala perubahan lingkungan yang fundamental karena perubahan suhu memengaruhi bentuk kerak bumi.
Menurut ahli geofisika dari Universitas South Florida, Steve McNutt, ketika hal tersebut terjadi, magma bisa keluar dari dalam bumi seperti sebuah pasta gigi yang dipencet keluar. Jika peneltian Sternai dan rekan-rekannya benar, kemungkinan penyebab ledakan tiba - tiba gunung berapi yang tidak aktif jutaan tahun lalu akibat dari perubahan iklim. Temuan ini menjadi sebuah peringatan keras bagi umat manusia masa kini untuk terus menjaga lingkungan dari keruskan.