Kamis 12 Oct 2017 16:28 WIB

Kuda Nil Terancam Punah Akibat Perburuan Ilegal

Rep: Taufiq Alamsyah Nanda/ Red: Winda Destiana Putri
Gigi Kudanil. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Gigi Kudanil. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kuda nil mengalami ancaman kepunahan pada 100 tahun mendatang. Pasalnya, manusia semakin banyak memburu gigi kuda nil untuk dijadikan ornamen.

Seperti dilansir dari Foxnews ancaman kepunahan tersebut sebelumnya juga menimpa gajah yang gadingnya banyak diburu manusia. Hal semacam ini dianggap sebagai suatu bentuk keserakahan manusia yang tidak pernah puas menjarah alam dan mengesampingkan eksistensi dari makhluk hidup lainnya di muka bumi.

Menurut sebuah penelitian, sejak tahun 1975, setidaknya 1,7 juta pon gigi kuda nil telah diperdagangkan di seluruh dunia. Seperti yang dikatakan oleh peneliti dari Universitas Hong Kong, 90 persen perdagangan gigi kuda nil telah melewati kota bisnis tersebut.

Dari 90 persen gigi kuda nil yang diperdagangkan melalui Hong Kong tersebut, 75 persen diantaranya berasal dari Uganda dan Tanzania. Sama seperti Hong Kong, kedua negara Afrika tersebut juga melaporkan volume perdagangan legal mereka ke CITES, sebuah organisasi yang memantau perdagangan spesies yang terancam.

Sampai saat ini, menurut hasil penelitian, volume perdagangan yang dilaporkan tidak bertambah. Data CITES menunjukkan perdagangan gigi kuda nil dari Tanzania ke Hong Kong terus meningkat sejak 1980. Namun data tersebut berbanding terbalik dengan data ekspor yang dikeluarkan Tanzania. Sedangkan data dari Uganda ke Hong Kong lebih sedikit sejak 1991 dibandingkan dengan laporan yang dikeluarkan oleh negara Uganda sendiri. Laporan data tersebut juga tersaji di Jurnal Ekologi Afrika.

Secara keseluruhan, terdapat 30.860 pon gigi kuda nil diperdagangkan. Yang artinya, setara dengan 2.700 kuda nil atau 2 persen dari populasi global hewan, menurut laporan Quartz. "Jika pihak berwenang tidak lebih sering memantau perdagangan internasional spesies yang terancam, spesies tersebut dapat dieksploitasi secara brutal, yang dapat menyebabkan kepunahan," kata penulis studi tersebut, Alexandra Andersson, dalam sebuah pernyataan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement