REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya informasi yang tersebar di media sosial (medsos) membuat masyarakat resah. Direktur Jenderal Informasi Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rositasari Niken Widyastuti mengatakan masyarakat memerlukan literasi media sosial sehingga penggunaan media sosial jauh lebih sehat.
"Perlu adanya proses literasi media sosial ke seluruh lapisan masyarakat, baik itu pelajar dan mahasiswa maupun masyarakat umum, sehingga media sosial yang kita pakai jauh lebih sehat dengan konten-konten positif yang membawa manfaat bukan saja bagi kita sendiri, tetapi juga bagi komunitas dan lebih dari itu bermanfaat bagi bangsa dan negara," ujar Niken di Jakarta, Jumat (6/10).
Media sosial saat ini penuh dengan kebencian berdasarkan SARA, dan konten-konten negatif lainnya. Menurut dia, internet ibarat pisau bermata dua, karena memungkinkan masyarakat berkomunikasi dan berinteraksi secara cepat, namun di sisi lain media sosial juga membawa dampak negatif untuk menyebarkan informasi hoax, ujaran kebencian, pemutarbalikan fakta, provokasi, serta hal-hal yang berkaitan dengan SARA, terorisme, dan sebagainya.
"Repotnya lagi masyarakat kita belum dibekali dengan informasi yang cukup untuk menangkal informasi-informasi seperti ini, tidak ada proses cek dan ricek, bahkan cenderung cepat-cepat menyebarkan. Ini yang tidak boleh terjadi lagi, sehingga literasi media sosial itu sangat penting kita gaungkan ke masyarakat," ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, pemerintah dalam hal ini Kominfo sudah bekerja sama dengan lebih dari 100 perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk melakukan literasi media sosial di kalangan pelajar dan mahasiswa. Menteri Kominfo juga giat melakukan kunjungan ke pimpinan-pimpinan agama melalui MUI, NU, Muhammadiyah, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma, dan Walubi.
"Melalui pimpinan agama-agama ini kita bekerja sama untuk menyelanggarakan literasi media sosial kepada pemuda-pemudi di masing-masing kelompok agama," ujar Niken.
Dalam upaya literasi media sosial tersebut, pemerintah juga membangun kerja sama dengan Komisi I DPR menggalakkan literasi media sosial kepada masyarakat umum dengan pendekatan-pendekatan budaya. Pendiri Good News From Indonensia (GNFI) Akhyari Hananto mengatakan masyarakat dapat menangkal kabar bohong dengan tidak ikut membuat viral kabar itu.
"Indonesia memiliki banyak hal positif yang harus diberitakan, budayanya, adat istiadat dan keindahan alamnya yang sangat luar biasa. Ini adalah gerakan positif yang harus kita bangun. Memberitakan banyak hal positif, akan membangkitkan harapan," kata Akhyari.