Rabu 27 Sep 2017 16:42 WIB

Pakar Ingatkan IoT Jadi Celah Kejahatan Siber

Teknologi kamera Virtual Reality 360 derajat  menjadi salah satu perhatian para peserta kompetisi hacker nasional Cyber Jawara di ajang konferensi dan workshop internasional Code Bali 2017 di Kuta Legian Bali, Rabu (27/9).
Foto: ist
Teknologi kamera Virtual Reality 360 derajat menjadi salah satu perhatian para peserta kompetisi hacker nasional Cyber Jawara di ajang konferensi dan workshop internasional Code Bali 2017 di Kuta Legian Bali, Rabu (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID,⁠⁠⁠ DENPASAR -- Pakar sistem keamanan siber dari Oxford University Andrew Martin mengingatkan pemangku kebijakan di Indonesia untuk waspada menjaga keseimbangan antara kecanggihan yang ditawarkan IoT (internet of things). IoT berpotensi menjadi celah sebagai senjata oleh para hacker yang tidak bertanggungjawab.

"Kita harus bisa berada di tengah. Para pemangku kebijakan harus menyiapkan rekayasa teknis dan kebijakan yang tepat di tengah pergerakan global yang menuju kolektivitas untuk menyenangkan semua pihak", kata Andrew Martin usai menyampaikan pidato kuncinya di Code Bali 2017, Kuta Bali, (27/9).

Rekayasa yang dimaksud bertujuan untuk mengamankan secara teknis semua infrastruktur kritis milik Indonesia agar tidak mudah menjadi sasaran serangan siber. Untuk menghadapi kondisi terkini, Andrew juga menyarankan Indonesia harus segera memiliki lebih banyak pakar keamanan siber agar dapat mendesain solusi yang lebih baik.

"Kita juga butuh para pakar yang tepat dalam memilih teknologi terbaik dan yang paling aman. Keamanan adalah tanggung jawab banyak pihak, bahkan tanggung jawab tiap-tiap individu warga negara," kata Andrew.

Menganggapi hal tersebut, Sekretaris Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sunaryo menyampaikan bahwa pemerintah fokus mengamankan sistem pertahanan nasional.

"Kemenhan, Kemenkominfo dan berbagai pihak  terus merumuskan upaya terbaik menghadapi ancaman ini. Kami coba pagari dengan membuat peraturan-peraturan yang mengikuti perkembangan teknologi," kata Sunaryo.

Sunaryo juga mengilustrasikan ancaman bahaya yang dapat terjadi jika pihak-pihak yang berniat jahat bisa masuk ke sistem pertahanan melalui pintu IoT. "Bahaya itu, semua jadi susah, kita gak bisa bergerak. Sistem persenjataan kita tak bisa digunakan, pesawat tempur kita  tak bisa terbang," kata Sunaryo.

Sebelumnya ketua Tim Respon Indonesia untuk ancaman keamanan siber (ID-SIRTII), Rudi Lumanto juga menekankan pentingnya keberlangsungan edukasi dan berbagi pengalaman para pakar dunia yang dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia di bidang keamanan siber.

"Kami berharap ajang Code Bali yang menyajikan konferensi dan workshop internasional dan sudah berjalan tiga tahun terakhir ini dapat terus berlanjut di masa yang akan datang," kata Rudi.

Pria yang meraih gelar doktornya di University of Electro Communication Tokyo ini juga berharap ajang kompetisi hacker nasional Cyber Jawara yang sudah berlangsung enam kali terus didukung pemerintah di tahun-tahun mendatang khususnya saat Badan Siber Nasional nanti telah resmi beroperasi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement