REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google pada hari ini menandai 100 tahun Asima Chatterjee, seorang wanita ahli kimia asal India dengan menampilkan gambar (doodle) sosoknya di situs penelusuran web mereka. Nama ini mungkin masih asing bagi orang awam. Tetapi kontribusi Asima Chatterjee amat berpengaruh bagi dunia kedokteran.
Ketika Asima Chatterjee melewati masa kanak-kanak di Kalkuta pada era 1920 hingga 1930-an, hampir tak pernah ada kaum hawa yang terjun ke ilmu kimia.
Namun Chatterjee membuat gebrakan dengan menyelesaikan studinya di bidang kimia organik. Ia menjadi wanita India pertama yang menyabet gelar doktor di bidang sains. Dikutip dari laman Mirror, Chatterjee menghabiskan waktunya untuk meneliti pembuatan obat dari tanaman asli India.
Sepanjang kariernya, penelitian Chatterjee memberi banyak kontribusi dalam penciptaan obat untuk penderita epilepsi dan malaria. Chatterjee dikenal dalam penelitian vinca alkaloida. Vinca alkaloida adalah obat berbahan dasar tanaman yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit-penyakit ringan.
Vinca alkaloida, yang terbuat dari tanaman siput Madagaskar, saat ini digunakan sebagai terapi yang membantu menekan pertumbuhan sel kanker. Kontribusi Chatterjee terhadap dunia medis sudah diakui oleh semua universitas di seluruh dunia.
Kimiawati ini menerima banyak sanjungan dan penghargaan dari pemerintah India. Selain sibuk menjadi peneliti, Chatterjee juga menjadi dosen serta mendirikan Departemen Kimia di Lady Brabourne College.