REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Dubai akan semakin meluaskan isi Mohammed bin Rashid Al Maktoum Solar Park. Perluasan itu akan mencangkup hasil daya yang bertambah hingga 700 megawatt.
Pembangunan tambahan akan memberi tenaga untuk menghasilkan 5.000 megawatt pada tahun 2030 setelah konstruksi selesai. Setelah pembangunan, taman solar itu akan mencakup sekitar 83 mil persegi, dan mampu mengurangi emisi karbon sebesar 6,5 juta ton per tahun.
Pusat fasilitas tersebut pun akan berdiri sebuah menara surya seluas 260 meter yang sangat besar. Bahkan bangunan tersebut akan menjadi yang tertinggi di dunia, dikutip dari Digitaltrens, Rabu (20/9).
Tawaran untuk mengembangkan tahap keempat proyek diberikan ke sebuah konsorsium yang terdiri dari ACWA Power Arab Saudidan Shanghai Electric China. "Fokus kami pada pembangkit energi terbarukan telah menyebabkan penurunan harga di seluruh dunia, dan telah menurunkan harga penawaran tenaga surya di Eropa dan Timur Tengah," kata managing director dan CEO Dubai Electricity and WaterAuthority (DEWA) Saeed Mohammed Al Tayer.
Taman surya pertama kali beroperasi pada 2013, dengan fase pertama bertenaga 13 megawatt. Awal tahun ini, fase kedua dengan 200 megawatt mulai beroperasi, sementara fase ketiga dengan 800 megawatt akan mulai beroperasi pada 2020, sedangkan tahap keempat yang baru diumumkan akan dimulai konstruksi.
Fasilitas tersebut menghasilkan tenaga surya dengan menggunakan sejumlah lensa dan reflektor yang memusatkan sinar matahari untuk memanaskan fluida, yang menghasilkan uap dan menggerakkan turbin. Pendekatan tersebut lebih fleksibel daripada pembangkit surya fotovoltaik biasa.
Meskipun ada beberapa proyek surya mengesankan lainnya di seluruh dunia, upaya Dubai berdiri sendiri. Ketika fase 700 megawatt selesai, Dubai akan memperkuat statusnya sebagai rumah bagi taman surya single-site terbesar di dunia.
Usaha itu pun akan sangat berkontribusi pada Strategi Energi Bersih Dubai 2050, yang bertujuan untuk meningkatkan pangsa energi bersih pada total output daya Dubai menjadi 7 persen pada tahun 2020, 25 persen pada tahun 2030, dan 75 persen pada tahun 2050.