Senin 11 Sep 2017 18:07 WIB

Indonesia Urutan Keempat Asia Serangan Ransomware

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Gita Amanda
Serangan siber yang diakibatkan oleh ransomware.
Foto: bbc
Serangan siber yang diakibatkan oleh ransomware.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkembangnya industri digital diikuti pula dengan merebaknya ancaman di dunia maya. Chief Technology Officer Symantec Asia, Matthias Yeo, mengatakan sejumlah isu besar dihadapi industri terkait keamanan siber.

"Selama beberapa bulan terakhir, kami telah mengamati peningkatan malware multitahap, malware yang menyamar dalam lalu lintas terenkripsi dan pengunduhan kredensial sebagai sebuah mekanisme untuk ancaman lanjutan yang terus-menerus," kata Yeo di Jakarta, Senin (11/9).

Dia mengtakan, email menjadi salah satu sarana yang digunakan peretas untuk masuk ke dalan sistem korban mereka. Dia mengungkapkan, satu dari 156 email di Indonesia berpotensi menyimpan serangan malware.

Langkah antisipatif pun diperlukan baik bagi perseorangan atau perusahaan untuk mencegah infeksi malware dalam sistem. Yeo mengatakan, salah satunya adalah dengan tidak membuka surat elektronik dari seseorang yang tidak dikenal.

"Terlebih jika email tersebut berisi tautan ke laman tertentu," katanya.

Sementara berdasarkan data yang dihimpun Internet Security Threat Report dari Symantec mencatat, Indonesia menempati peringkat ke-14 dalam hal infeksi ransomware dari mesin khusus. Indonesia juga menempati urutan keempat di wilayah Asia Pasifik.

Symantec mendeteksi lebih dari 40.000 serangan ransomware terjadi setiap bulannya. Diamana, 42 persen serangan ditujukan bagi sektor industri pada semester pertama tahun ini. Angka tersebut naik dari 30 persen tahun lalu dan 29 persen pada 2015.

"Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh malware WannaCry dan Petya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement