Selasa 05 Sep 2017 16:58 WIB

Rahasia Batok Kelapa Bisa Jadi Sumber Energi

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ali Nuryono membakar batok kelapa sebagai bahan untuk membakar lemang bambu (penganan dari beras ketan khas Sumatera Barat) di Kawasan Pasar Senen, Jakarta, Jumat (2/6). P
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ali Nuryono membakar batok kelapa sebagai bahan untuk membakar lemang bambu (penganan dari beras ketan khas Sumatera Barat) di Kawasan Pasar Senen, Jakarta, Jumat (2/6). P

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Indonesia pada dasarnya memiliki banyak potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat dijadikan energi terbarukan. Hanya saja itu tertahan pada proses pemikiran dan pengembangannya sehingga Indonesia pun harus tertinggal dengan negara-negara lainnya.

Bermula dari kunjungannya di Austria, Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Malang Professor I Nyoman Gede Wardana menemukan hal unik pada satu teknologi salah satu penelitian di Austria. Sebuah kapasitor baterai dapat melakukan pengisian energi secara cepat dengan mengggunakan batok kelapa.

"Kok batok kelapa bisa ada di Austria lalu saya mulai minta mahasiswa bimbingan saya meneliti tentang itu," ujar pria yang dipanggil Wardana ini saat ditemui wartawan di Gedung Teknik Mesin I UB Malang, Selasa (5/9).

Selama sekitar tiga sampai empat tahun, Wardana berupaya meneliti arang atau batok kelapa yang kemudian merujuk pada advance material. Advance material pada umumnya tentang ilmu terdepan yang menggunakan material apapun asal dipikir dengan cara mutakhir. Dari situ, dapat menghasilkan advance material yang dilihatnya pada arang yang sudah tidak awam bagi masyarakat umum.

"Kita punya banyak arang dan arang itu kan karbon. Kalau dipikir dengan ilmu mutakhir dan dikonsepkan akan menjadi advance material," kata dia.

Dalam penelitiannya, Wardana menggunakan material advance yang mencampurkan karbon aktif dan semi konduktor. Semi konduktornya memakai tembaga yang teroksidasi lalu dicampur dengan arang. Yang menjadi istimewa, yakni percampuran elektron dari karbon dan semi konduktor ternyata dapat menghasilkan hidrogen secara cepat.

Wardana menjelaskan, pada dasarnya mengubah apapun menjadi hidrogen membutuhkan energi. Jika menggunakan energi advance, reaksi untuk memproduksi hidrogen akan lebih cepat. Prosesnya akan sepuluh kali lebih cepat dari 700 detik pada umumnya, bahkan lebih hemat dua kali lipat.

"Dan dari penelitian ini, minyak kapuk, minyak jarak, minyak jelantah dan sebagainya yang ada di Indonesia bisa diubah menjadi hidrogen," kata dia.

Dengan melakukan penelitian ini, Wardana pun dimasukkan pada daftar peneliti tingkat dunia. Diameraih penghargaan IAAM (International Association of Advanced Materials) Scientist Medal atas teori terbaru di dunia ini. Dia dapat mengungkapkan rahasia ilmiah bagaimana material dikombinasikan bisa menari indah lalu menghasilkan hidrogen.

Mengenai penelitian dan penghargaan ini, Wardana menilai Indonesia sebenarnya memiliki segalanya yang sayangnya tidak ada yang berpikir ke arah yang diharapkan dunia. Potensi di Indonesia bisa digali semaksimal mungkin dan dunia pun sudah mengakui itu. Bahkan, dia tak memerlukan laboratorium canggih untuk bisa dipilih sebagai penerima penghargaan tinggi dunia dalam dunia penelitian

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement