Kamis 31 Aug 2017 06:44 WIB

Peneliti Kembangkan Vaksin Pelindung Otak dari Heroin

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Winda Destiana Putri
Peneliti Kembangkan Vaksin Pelindung Otak dari Heroin.
Foto: Sciencealert
Peneliti Kembangkan Vaksin Pelindung Otak dari Heroin.

REPUBLIKA.CO.ID, Tim peneliti sedang mengembangkan vaksin kombinasi yang berfungsi sebagai pelindung otak dari efek buruk heroin maupun opioid sintetis, fentanyl. Vaksin baru ini diharapkan dapat menekan adiksi maupun mencegah overdosis fatal akibat penggunaan heroin dan opioid.

Ahli kimia dari Scripps Research Institute Kim D Janda menyoroti bahaya penyalahgunaan obat-obatan ini, khususnya fentanyl. Dengan harga yang relatif lebih murah, obat ini 100 kali lebih kuat dibandingkan morfin. Kondisi tersebut dapat membuat pasien yang mengalami kecanduan sulit sembuh total meskipun menjalani terapi.

"Ada kebutuhan urgen untuk menemukan obat yang efektif dalam mengobati gangguan penggunaan zat," jelas Janda seperti dilansir Science Alert.

Kehadiran vaksin ini diharapkan mampu membantu para pasien kecanduan untuk segera terlepas dari ketergantungan mereka akan obat-obatan terlarang. Alasannya, penggunaan vaksin baru dinilai dapat menetralisir efek berbahaya dari heroin maupun opioid dengan lebih efektif.

Janda mengatakan salah satu kesulitan dalam mengembangkan vaksin untuk menghalau efek negatif dari opioid adalah ukuran molekulnya yang kecil. Ukuran yang kecil membuat molekul opioid tidak disadari oleh sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tidak melakukan apapun untuk melawan obat ini.

Sebagai jalan keluar, Janda dan tim peneliti dalam mengembangkan vaksin ini adalah menciptakan molekul kecil bernama haptens yang menyerupai molekul opioid. Haptens ini ditempelkan dengan protein bernama epitopes yang berperan sebagai binding site (situs pengikatan) untuk antibodi yang diproduksi sistem imun.

Setelah dilatih dengan beberapa rangkaian suntikan vaksin, sistem imun akan belajar mengenali struktur molekul yang terlihat menyerupai opioid. Setelah berhasil mengenali, sistem imun akan mengeluarkan antibodi yang akan melekat pada obat-obatan terlarang yang dikonsumsi pasien. Dengan begitu, zat seperti heroin dan opioid yang masuk ke dalam tubuh tidak akan bisa melewati pembatas darah-otak hingga delapan bulan.

"Antibodi mengikat obat tersebut sehingga obat-obatan tersebut tidak bisa mencapai target," tambah Janda.

Vaksin terbaru ini baru memasuki tahap uji coba terhadap hewan. Hewan yang digunakan tim peneliti adalah monyet dan tikus. Hasil uji coba menunjukkan bahwa vaksin baru ini dapat menurunkan angka kematian akibat overdosis. Ke depan, tim peneliti berharap uji klinis bisa segera dilakukan untuk melihat bagaimana molekul dalam vaksin ini bekerja pada manusia.

"Vaksin ini diciptakan untuk digunakan pada orang-orang yang mau berhenti menggunakan obat-obatan. Jika Anda tidak mau berhenti, maka tidak ada apapun yang bisa membantu," ungkap Janda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement