Jumat 11 Aug 2017 19:56 WIB

KPM: Berpikir Suprarasional Bisa Selesaikan Problem Guru

Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMK Kota Bandung. Acara ini dihadiri oleh 103 peserta dari kalangan guru se-Bandung.
Foto: Dok KPM
Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMK Kota Bandung. Acara ini dihadiri oleh 103 peserta dari kalangan guru se-Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Praktisi pendidikan sekaligus Penelitian Pengembangan Klinik Pendidikan MIPA (KPM), Asep Sapa'at, menjadi pembicara dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMK Kota Bandung. Acara ini dihadiri oleh 103 peserta dari kalangan guru se-Bandung.

"Simpul terkuat pendidikan bangsa terletak pada simpul terlemahnya. Apa simpul terlemah pendidikan kita? kualitas guru," ujar Asep dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (11/8).

Dalam acara bertajuk 'Meningkatkan Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru dalam Menerapkan Layanan Abad 21', Asep menyampaikan materi tentang mendayagunakan cara berpikir suprarasional yang telah dicetuskan oleh Pendiri KPM, Raden Ridwan Hasan Saputra. Menurut Asep, forum guru tersebut menjadi cara terbaik untuk membangun cara berpikir suprarasional.

"Karena dengan cara berpikir suprarasional, bukan hanya persoalan hidup guru bisa selesai, kondisi pendidikan Indonesia pun niscaya menjadi lebih baik di masa depan,” kata dia.

Ketua penyelenggara seminar, Hendi Senja Gumilar, bergembira atas terselenggaranya acara ini. Dia bersyukur dapat menghadirkan narasumber dan materi yang baik, berkualitas, serta sesuai kebutuhan para guru.

“Kami harapkan setelah kegiatan ini selesai, kami dapat berkoordinasi dengan seluruh kepala sekolah yang tergabung dalam MGMP Matematika SMK Kota Bandung agar secara bertahap menerapkan konsep cara berpikir suprarasional ini dalam kehidupan sehari-hari”, ujar Hendi.

Salah satu peserta, Siti Nasrah, guru SMKN 1 Majene Sulbar mengatakan bahwa cara berpikir suprarasional bisa meluruskan pemahaman guru tentang konsep rezeki. Selama ini, kata dia, guru terlalu memenuhi kebutuhan raga (pangan, sandang, papan), tetapi abai dengan pemenuhan kebutuhan jiwa (ibadah, dzikir, sedekah, dan perbuatan baiknya).

"Padahal jika kebutuhan jiwa dipenuhi sama dengan kebutuhan raga, maka semua persoalan yang dihadapi akan bisa diselesaikan karena mendapat pertolongan Allah SWT, Yang Maha Kuasa atas segala masalah hidup kita," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement