REPUBLIKA.CO.ID, Penetrasi internet Indonesia yang telah menyentuh 112,6 juta jiwa pada 2017, menjadi modal awal terbentuknya ekosistem digital di Tanah Air. Edisi terbaru Mobility Report dari Ericsson yang dipublikasikan Juli lalu mengungkapkan, kegunaan inovatif dari teknologi broadband atau pita lebar di kawasan Asia Tenggara dan Oseania meliputi perbankan, belanja, transportasi, dan perjalanan daring.
Hal ini tentu membuka peluang bisnis bagi operator seluler untuk mewujudkan Indonesia yang lebih digital, seperti menghadirkan aplikasi yang terkait internet of things atau IoT. Pada akhir 2016, perangkat segmen IoT short range atau jangkauan pendek akan menjadi tipe utama dari perangkat yang terhubung dengan IoT di Asia Tenggara dan Oseania, dan akan diikuti oleh perangkat seluler.
Pada tahun 2022, baik segmen IoT short range maupun selular diperkirakan akan bertahan pada posisinya saat ini. Istilah IoT mungkin baru populer dalam satu atau dua tahun belakangan. Tapi, sebenarnya teknologi IoT dan Machine 2 Machine (M2M) telah mulai mendunia sejak dua dasawarsa lalu.
Di Indonesia, penerapan kedua teknologi terus berkembang dalam segala sektor, mulai dari smart city, smart public transportation system, presicion agriculture, retail, hingga logistik. Salah satu perusahaan teknologi yang berkecimpung dalam bidang ini adalah PT Imani Prima.
Sejak 2016, Pelindo III melibatkan Imani Prima dalam memaksimalkan layanan jasanya di wilayah Indonesia bagian Timur. Melalui aplikasi AISSAT Port Management Prime, belasan kantor cabang Pelindo III kini dapat terlayani dengan akurat dalam hal jasa labuh, jasa tunda, jasa tambat, dan jasa air kapal.
Dalam penggunaannya, aplikasi ini mampu mencatat data secara real time, baik luring mapun daring, melalui sistem yang mobile. Dengan demikian, aplikasi ini sangat membantu Pelindo III dalam melakukan perencanaan layanan yang berkualitas.
Pada tahun yang sama, Imani Prima juga menangani re-mapping terhadap posisi 660 stasiun milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) di pulau Jawa dan Sumatera. Melalui Monstrack Train buatan Imani Prima, pergerakan kereta api dipantau menggunakan jaringan GSM/GPRS dan ditampilkan pada peta digital.
Sejumlah 211 lokomotif, 80 kereta perawat jalan rel, 40 kereta lokal dan dua kereta ukur milik PT KAI juga dipantau melalui alat ini.“Sistem yang ada dalam Monstrack Train juga mampu memantau kondisi mesin kereta api, baik dalam keadaan online ataupun offline sehingga datanya tersimpan dengan rigid. Data ini akan sangat berguna jika regulator merencanakan peremajaan kereta api sejauh dibutuhkan,” tegas Darman, Head of Hardware Research and Development Imani Prima.
Menurut COO Imani Prima Yuli Cahyono, logistik dan transportasi memang menjadi perhatian khusus karena dengan populasinya yang besar menjadikan sektor ini sebagai pasar yang menarik. Sehingga keberhasilan implementasi teknologi IoT di bidang ini akan berkontribusi langsung terhadap efisiensi logistik nasional.
Di masa mendatang, lanjut dia, Imani Prima berkomitmen memasuki produksi hardware secara massal yang berupa subscriber device . “Pengalaman kami selama 10 tahun terakhir di bisnis IoT ini akan mengerucut pada satu fokus, yaitu penguatan ekosistem IoT, dengan empat mata rantai utama,” ujarnya.
Keempat mata rantai utama tersebut adalah, sensor dan akuisisi data monitoring sebagai ujung tombak. Kedua, telekomunikasi sebagai tulang punggung data transport. Ketiga, middleware, serta keempat, cognitive analitycs untuk meningkatkan value kepada klien dan para partner.