REPUBLIKA.CO.ID, Penggunaan media sosial nyatanya dapat menunjukan kondisi psikologis pengguna. Peneliti asal Universitas Vermont dan Harvard, Chris Danforth bersama Andrew Reece membuktikan hal tersebut.
Seperti dilansir Time, Rabu (9/8) kedua peneliti itu membuat sebuah alogaritma yang dirancang khusus untuk mengidentifikasi depresi melalui unggahan di media sosial. Alogaritma itu terbukti lebih efektif ketimbang dokter. Alat itu memindai unggahan yang ada pada Instagram dan secara akurat mengidentifikasi depresi pada 70 persen peserta penelitian mereka. Sebaliknya, dokter hanya berhasil 42 persen pada waktu yang bersamaan.
Penelitian dilakukan kepada 44.000 foto Instagram yang diunggah 166 peserta studi. Sebanyak 71 diantaranya didiagnosis mengalami depresi di masa lalu. Secara ringkas, alat tersebut menganalisis faktor-faktor seperti rona, penggunaan filter dan kehadiran orang. Peneliti lantas menyebut hal-hal seperti itu sebagai penanda depresi.
Orang yang depresi cenderung mengirim foto dengan warna abu-abu yang lebih gelap. Dari nada tersebut, filter Inkwell hitam dan putih lebih cenderung dipilih. Meskipun, kata peneliti, secara keseluruhan orang-orang yang depresi juga jarang menggunakan filter. Sebaliknya, pengguna yang tidak mengalami depresi lebih menyukai filter bercitra yang lebih cerah.
"Pengguna yang depresi juga cenderung menggunggah foto dengan wajah mereka didalamnya," kata peneliti.