REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, keberhasilan rekayasa dalam teknologi dapat membuat suatu bangsa bisa lebih bersaing dan cepat dalam menciptakan sesuatu. Dalam hal ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) diharapkan dapat menerapkan teknologi di segala bidang.
"Saya ingin lihat BPPT beri falsafah dasar membuat suatu rekayasa, penerapan lebih baik di teknologi kita," ujar Jusuf Kalla dalam sambutannya di acara penganugerahan Gelar Perekayasa Utama Kehormatan di Gedung BPPT, Kamis (3/8).
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono menerima penghargaan Gelar Perekayasa Utama Kehormatan 2017 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pemilihan Basuki sebagai penerima gelar tersebut berdasarkan hasil Sidang Majelis Perekayasa pada 24 Mei 2017.
Pemilihan ini didasarkan kepada jasa Basuki yang sangat besar dan bermanfaat bagi manusia dalam pengembangan inovasi teknologi di bidang infrastruktur. Dalam orasi ilmiahnya, Basuki menyampaikan, penempatan infrastruktur dalam posisi sentral kebijakan pembangunan nasional merupakan keniscayaan dan pilihan yang logis serta strategis. Serta merupakan suatu keharusan terutama jika menilik daya saing Indonesia dalam konteks global yang kini berada di peringkat ke - 42.
Dengan diberikannya gelar tersebut, Jusuf Kalla berharap teknologi dan perekayasaan itu dapat mempelopori suatu kemajuan. Dia menilai menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat layak mendapatkan gelar tersebut atas kerja kerasnya selama ini dalam membangun infrastruktur di Indonesia.
"Pak Basuki memang tugasnya seperti itu, diberikan penghargaan memang pantas dan kita harapkan bahwa memang semangat engineering, perekayasaan itu lebih kita perbaiki, percepat," kata Jusuf Kalla.
Pemberian gelar Perekayasa Utama Kegirmatan dimulai sejak 2007, dan diberikan kepada orang-orang yang telah berjasa menghasilkan karya nyata dibidang teknologi/kerekayasaan untuk Indonesia.
Basuki merupakan tokoh ke-11 yang mendapatkan gelar tersebut. Sebelumnya, gelar ini telah diberikan kepada Emil Salim, Ciputra, Rachmat Gobel, Arifin Panigoro, Martha Tilaar, dan Hatta