Rabu 26 Jul 2017 06:42 WIB

Almino, Teknologi Pemacu Produksi Mikroalga untuk Bioenergi

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Teknologi Bioenergi (ilustrasi)
Foto: Reuters
Teknologi Bioenergi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan inovasi teknologi yang meminimalisasi dampak lingkungan, serta krisis energi akibat penggunaan energi fosil. Mereka kembangkan alat micobubble generator, demi meningkatkan produktivitas tanaman mikroalga yang potensial dimanfaatkan sebagai bioenergi.

Terdiri dari lima orang, mahasiswa-mahasiswa itu di antaranya Bahas Alqadri, Syahirul Alim Ritonga, Levina Ariesta Mayasari dan Arief Faqihudin dari Teknik Mesin, serta Lathifah Zahra dari Fakultas Biologi. Teknologi itu berhasil meraih Merit Award di Energy Innovation Challenge 2017.

Dalam kompetisi yang digelar di Suntec Exhibition Singapura pada 19-21 Juli lalu, tim ini masuk posisi enam besar dunia, dari puluhan perguruan tinggi di dunia. Salah seorang peneliti, Bagas Alqadri menjelaskan, mikroalga memiliki potensi tinggi dikembangkan sebagai sumber bioenergi.

"Sayangnya, produktivitas mikroalga yang dibudidayakan petani ganggang masih tergolong rendah dikarenakan budidaya masih memakai metode tradisional dan membutuhkan lahan yang luas," kata Bagas melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (26/7).

Alat bernama Almino itu, memiliki teknologi yang membantu dalam mengoptimalkan pertumbuhan mikroalga sebagai sumber bioenergi yang menjanjikan di masa depan. Teknologi ini dapat berkontribusi dalam upaya meredam efek pemanasan global dengan menangkap karbondioksida (CO2) di udara sebagai bahan fotosintesis mikroalga.

Ia menjelaskan, teknologi ini mampu meningkatkan distribusi jumlah CO2 terlarut dalam air karena menghasilkan ukuran gelembung dari aerator biasa. Mircobubble generator ini memecah ukuran partikel CO2 jadi ukuran mikro yang ukurannya itu memudahkan diserap mikroalga.

"Dari hasil pengamatan langsung, kolam budidaya mikroalga yang dipasangi microbubble generator menunjukkan perkembangan yang lebih bagus dibanding kolam yang dipasangi aerator biasa," ujar Bagas.

Bagas menjelaskan, warga mikroalga lebih hijau yang menunjukkan perkembangan yang jauh lebih baik. Peneliti lain, Arief Faqihudin menambahkan, teknologi ini mampu mendistribusikan partikel CO2 hingga ke dasar kolam, di samping mampu menekan jumlah CO2 di alam.

CO2 di alam, lanjut Arief, ditangkap untuk dimasukkan ke dalam microbubble generator, yang selanjutnya CO2 dipecah perpertikel berukuran miktro untuk disemprotkan ke kolam bersama air. Ia menuturkan, almino dikembangkan dalam rangkaian yang tergolong sederhana, dengan dua komponen microbubble generator dan penjernih air.

"Dibuat jadi instalasi dengan pompa dan selang, pengembangan instalasi ini menghabiskan biaya sekitar 1,5 juta rupiah, alat ini mudah digunakan, mudah diaplikasikan serta mudah dalam perawatannya," kata Arief.

BP Global tahun 2016 mencatat konsumsi energi primer global meningkat sebesar satu persen dari tahun sebelumnya. Penggunaan minyak bumi mash jadi bahan bakar utama sebesar 32,9 persen dari total konsumsi energi global, dan setiap harinya konsumsi minyak bumi global mencapai 1,9 juta per barel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement