REPUBLIKA.CO.ID, KOTA MALANG – Kerang darah merupakan sejenis karang yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Asia Tenggara, terutama Indonesia. Kerang ini acap dikonsumsi sebagian besar rakyat Indonesia.
Selain untuk konsumsi, kerang darah seringkali dijadikan sebagai bahan menyerap timbal dalam bidang kosmetika. Bahkan, bahan dari kerang ini juga terkadang diperuntukkan di bidang pertukangan. Di antara sejumlah fungsi itu, masih banyak orang yang belum tahu bahwa cangkang kerang ternyata bisa mengobati luka.
“Kita ingin manfaatkan cangkang kerang darah yang selalu dijadikan seafood lalu menjadi limbah dan langsung dibuang,” ujar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya (UB) Dendra Chrismasando kepada Republika.co.id.
Di sisi lain, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jawa Timur menghasilkan limbah cangkang kerang sebanyak 3.700 ton per tahunnya. Lalu pada data yang sama di 2004, Indonesia menghasilkan limbah tersebut sekitar 48.928 ton. Angka limbah ini jelas tinggi tapi sayangnya pemanfaatannya masih jarang.
“Untuk itu kita ingin angkat ini dengan menghubungkan dengan kesehatan,” kata mahasiswa semester enam ini.
Dendra menerangkan, dia dan timnya menginginkan agar 69 persen kitosan tinggi yang berada dalam cangkang kerang darah dapat dimanfaatkan. Terlebih lagi kerang tersebut memiliki banyak fungsi termasuk mengobati luka seperti bekas operasi.
Untuk memperoleh ekstrak kitosan pada kerang itu, Dendra mengungkapkan, timnya harus melakukan proses penghilangan protein terlebih dahulu. Kemudian masuk pada tahap penghilangan mineral dan gugus asetil sehingga menghasilkan bubuk. Dari dua kilogram cangkang kerang, timnya hanya mampu memperoleh 150 gram kitosan untuk digunakan.
Sementara pada tahap pembuatan salepnya, Dendra menegaskan, seluruh alat harus steril sebelumnya. Kemudian mencampurkan Vaseline Album sebanyak 92 persen sedangkan kitosan delapan persen. Setelah tercampur dengan baik, bahan salep ini harus diradiasi selama 15 menit.
Sebelum diterapkan ke manusia, dia menerangkan, salep ini diuji terlebih dahulu pada lima tikus yang perlakuannya berbeda. Dari hasil pengujian itu, tim dapat memastikan salep itu dapat dimanfaatkan ke bekas luka operasi manusia.
Untuk menggunakannya, pasien cukup mengolesnya dua kali sehari pada bagian luka. Luka yang biasanya akan sembuh selama dua pekan dapat dipercepat menjadi tujuh hari penyembuhan. Dari penelitian yang dilakukan selama dua bulan, Dendra dan timnya pun berhasil menghasilan salep yang diharapkan dapat membantu dunia kesehatan.
“Kita tinggal kemasannya saja dan butuh investor untuk mengembangkannya,” tambah dia.