REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mars didapuk sebagai salah satu planet yang mungkin ditinggali umat manusia selain Bumi. Badan Antariksa AS (NASA) pun terus melakukan penelitian untuk membawa penduduk bumi menuju si Planet Merah.
Sayangnya, cita-cita tersebut kemungkinan sulit diwujudkan lantaran keterbatasan anggaran. Hal tersebut diungkapkan kepala penerbangan manusia NASA William H. Gerstenmaier.
"Saya tidak bisa membawa manusia ke Mars tepat waktu dan salah satu kendalanya adalah keuangan yang hanya ditingkatkan dua persen saja," kata Gerstenmaier seperti dikutip laman Sciencealert, Jumat (14/7).
Keterbatasan anggaran itu membuat NASA tidak bisa membangun sistem yang dibutuhkan untuk berangkat ke Mars. Kesuksesan misi itu, dia mengatakan, sangat bergantung pada kesedian dana penelitian.
Ilmuwan Berhasil Lakukan Teleportasi dari Bumi ke Luar Angkasa
Keterbatasan anggaran itu membuat NASA lebih fokus menggarap misi eksplorasi Bulan. Misi itu bisa diperluas dibanding misi pembangunan Deep Space Gateway di orbit Bulan untuk mendukung program eksplorasi permukaan secara lebih luas.
Pengembangan roket super SLS dan wahana Orion telah menyedot anggaran NASA, sehingga badan antariksa ini tak bisa mulai merancang kendaraan pendarat dan kendaraan pulang dari permukaan Mars.
"Masuk, turun hingga mendarat merupakan tantangan terbesar kami terkait Mars," katanya.
Kekurangan dana itu membuat Nasa harus memilih alternatif seperti bekerja sama dengan perusahan swasta semisal SpaceX, Blue Origin atau Boeing. SpaceX menargetkan misi tanpa awak ke Mars pada 2018 besok dan misi menggunakan manusia tujuh tahun berikutnya.
"Kami mungkin akan mendapatkan kabar terbaru tentang misi Mars SpaceX pada September nanti di International Astronautical Congress (IAC) Australia," kata bos SpaceX Elon Musk.