REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- WannaCry ternyata belum sepenuhnya hilang. Hal tersebut tercermin dari adanya laporan bahwa ransomware tersebut telah menginfeksi sebanyak 55 kamera traffic light di negara bagian Victoria, Australia, beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Strategi Avast, Jonathan Penn, mengatakan serangan tersebut menunjukkan bahwa dunia belum sepenuhnya aman dari ransomware tersebut. "Kamera pada lalu linta yang terhubung dengan USB drive yang rentan bisa juga terinfeksi oleh malware," ujar Penn dalam siaran persnya, Jumat (30/6).
Ia mengungkapkan, peristiwa ini bukan yang pertama kalinya terjadi. "Stuxnet pernah melakukan hal ini pada fasilitas nuklir Iran melalui USB pada tahun 2012," katanya. Saat ini Data Avast WannaCry telah berhasil memblokir lebih dair 1,4 juta serangan pada sebanyak 155 negara.
Penn melanjutkan, serangan-serangan ini tidak hanya menyorot bahaya dari USB drive, namun juga pada beragam cara di balik penyebaran malware dan virus seperti WannaCry atau Stuxnet dan kebutuhan akan perlindungan yang kuat. Serangan dapat gagal berkali-kali dan harus melewati hanya sekali jalan untuk berhasil.
"Di Avast, kami telah berhasil memblokir lebih dari 1,4 juta serangan di 155 negara, namun kami mengetahui bahwa serangan ransomware yang sebelumnya telah mematikan sistem kesehatan di Inggris masih terus terjadi dan berjalan kuat. Merupakan tanggung jawab bagi setiap orang untuk memeranginya," katanya
Menurut Penn, serangan WannaCry secara global bulan lalu merupakan wake up call bahwa sebuah keamanan harus proaktif, tidak reaktif. "Perencanaan ke depan menjadi lebih penting, apalagi bila sebuah bisnis dipertaruhkan. Perusahaan seperti Honda harus menyadari bahwa alat dan sumber daya yang ada harus melindungi jaringan dan kelangsungan bisnis mereka," ujarnya.