Kamis 29 Jun 2017 21:45 WIB

Hand Charging Ponsel, Seperti Apa?

Ilustrasi Aplikasi Ponsel
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ilustrasi Aplikasi Ponsel

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswa Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair berinovasi membuat charger telepon seluler dengan hanya memanfaatkan panas tangan manusia yang dinamakan "Hand Charging, Charge The World, Charge The Society".

Ketua Tim inovasi ini Raja Bugatti di Surabaya, Kamis mengatakan dia dan keempat temannya yaitu Luqyana Salsabila, Lendy Pradhana, Syahrul Munir, dan Vinda Aprilia berinovasi membuat hal tersebut karena penggunaan smartphone saat ini sudah merupakan kebutuhan primer.

Secara global, kata dia, ide itu terinspirasi dari data bahwa peningkatan pengguna smartphone di dunia, khususnya di Indonesia, yang menurut Emarketer mencapai lebih dari 100 juta pengguna.

"Selain itu, kami terinspirasi dari kalor yang ada di dalam tubuh manusia dengan memanfaatkan konsep-konsep termodinamika dan hukum 'seeback'. Karena tubuh manusia itu memiliki ion yang membawa listrik dan menghasilkan panas, sehingga memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber pengisian daya bagi smartphone," kata Raja.

Dia mengungkapkan, mengutip hasil riset salah satu perusahaan "smartphone" di China, Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk paling rentan terkena stres terhadap masalah tersebut.

Sebenarnya, lanjut Raja, inovasi "charger portable" itu sudah ada, yaitu "power bank". Namun yang menjadi masalah adalah terbatasnya daya yang dapat disimpan oleh alat tersebut. Sehingga apabila daya pada penyimpanan habis, "power bank" tidak lagi bisa digunakan.

"Lain halnya dengan inovasi 'hand charging' yang tidak memiliki batas daya, mengingat daya yang didapat bersumber pada panas dari tangan si pengguna HP. Hand charging dapat dipakai kapan dan di manapun. Hingga pada daerah yang tidak ada listrik sekali pun. 'Hand Charging' bisa menjadi pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan pengisian daya pada smartphone," kata dia.

Selain itu, efek "seeback" dalam inovasi ini menjelaskan bahwa jika dua buah logam yang berbeda disambungkan salah satu ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda pada sambungan, maka terjadi perbedaan tegangan pada ujung yang satu dengan ujung yang lain. Fenomena itu kemudian dilihat kebalikannya oleh Peltier yang nantinya disebut sebagai efek Peltier.

"Dengan menghitung rata-rata kulit manusia dewasa yaitu 1,7 meter persegi dan rata-rata manusia mengeluarkan energi sebesar 350.000 J per jam, dan 1 J per jam = 0,00028 watt, maka daya yang dapat dikeluarkan oleh tubuh setiap harinya sebesar 5,7 megawatt per centimeter persegi. Dengan daya tersebut, panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia mampu membuat lampu bohlam 100 W menyala terang," tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement