REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Media sosial (Medsos) telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Sayangnya, tak sulit menemukan akun yang menggunaan sarana medsos untuk hal-hal yang melampaui batas.
Ketua Majeis Pustaka dan Infornasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Robby Habiba Abror menilai, medsos yang merupakan cabang dari media secara umum saat ini telah melewati batas. "Karena telah banyak menebar kebebcian dengan caci maki dan pembunuhan karakter," ujarnya Kepada Republika, Rabu (21/6).
Meski, ia pun menyadari bahwa siapapun memiliki hak untuk menggunakan media sosial, namun, ia berharap agar penggunaaan medsos juga harus diimbangi dengan pengetahuan tentang media sosial.
"Sehingga tidak terlalu terbelenggu dan tidak mudah terbawa arus dalam medsos," kata Robby.
Pasalnya, salah satu potensi dampak negatif dari medsos adalah seseorang menjadi terlalu mudah untuk memutus tali persaudaraan hanya karena adanya postingan yang dinilai tidak sepaham. Ia pun menilai dibutuhkan etika medsos yang dapat diterapkan kepada seluruh pengguna medsos. Menurutnya, hal ini diperlukan agar semua pengguna medsos memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhi. Apalagi, lajut dia, kadang dalam bermedsos masyarakat kerap lupa dengan agama dan saudara sebangsa sehingga yang terlontar hanyalah caci maki dan bahkan mengarah kepada pembunuhan karakter.
Tak jarang, lanjut pria yang juga merupakan Ketua Prodi Aqidah dan Filsafat Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kaijaga Yogyakarta tersebut, hanya karena ucapan-ucapan yang dilontarkan melalui medsos, ukhuwah dalam masyarakat pun menjadi retak.
Keprtihatinan akan hal ini pun juga menginisiasi Muhammadiyah untuk menggelar Tadarus Medsos bertema Muhammadiyah dalam Gegar Poitik dan Media pada Ahad (18/6) di Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Selain Robby, materi dalam kegiatan itu juga dasampaikan oleh Wakil Ketua Majelis Dikti dan Litbang Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyag, Chairil Anwar.
Dalam kesempatan itu, Robby juga mengatakan bahwa sikap sebagian masyarakat Indonesia di medsos telah jauh dari kesan akhlak muslim dan budaya bangsa timur. "Kita sebagai bangsa timur seyogyanya dapat memahami dan mempraktekan budaya sopan santun. Namun di medsos, tiba-tiba sebagian masyarakt menjadi masyarakat yang liar dengan berkomentar teralu bebas di medsos," ucapnya.