REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mendengarkan murottal Alquran pada manusia bedampak secara fisiologis dan psikologis. Hal serupa juga terjadi pada hewan sapi perah, berdasarkan hasil penelitian Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB, Ais Puspa Bhuwana.
"Dari hasil penelitiannya, ternyata pemberian murottal dapat menurunkan stres pada sapi perah dilihat dari menurunnya suhu reaktal, laju respirasi dan denyut jantung," kata Ahmad Yani, dosen pembimbing Ais Puspa Bhuwana, di Bogor, Selasa (30/5).
Bersama Iyep Komala, Yani membimbing Ais Puspa Bhuwana, mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB untuk melakukan penelitian menguji respon sfisiologis sapi dengan mendengarkan murottal. Laporan hasil penelitian tersaji dalam skripsi berjudul "Pengaruh Mendengarkan Murottal Terhadap Respon Fisiologis dan Lama Istirahat Sapi Peranakan Friensian Holstein di Bogor".
Penelitian ini dilatarbelakangi keinginan peneliti untuk membantu para peternak sapi agar dapat menghasilkan hasil yang optimal dari ternaknya dengan cara mengurangi stres pada sapi. Stres pada sapi perah salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi. Selain itu, ada faktor genetik, pakan perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit, lingkungan serta pengelolaan.
"Sebagian besar sapi perah yang ada di Indonesia adalah jenis sapi peranakan Friestian Holstein (FH) berasal dari negara-negara Eropa yang memiliki iklim sedang," kata Yani.
Perbedaan suhu tersebut membuat sapi peranakan FH sangat peka terhadap perubahan iklim mikro terutama suhu tinggi dan kelembaban udara tinggi. Apabila sapi peranakan FH sangat peka terhadap perubahan iklim mikro terutama pada lokasi yang memiliki suhu dan kelembaban udara tinggi, maka sapi tersebut akan mengalami cekaman panas serta berakibat pada produksi susu yang turun.
Sementara itu, konsumsi susu di Indonesia saat ini mencapai tiga juta ton per tahun dan 1,8 sampai dua juga ton diantaranya berasal dari impor. Produksi susu nasional hanya dapat memenuhi kebutuhan sebesar 20 persen dari kebutuhan dalam negeri.
"Cekaman panas inilah yang akhirnya mengakibatkan stres pada sapi," katanya.
Menurutnya, kondisi tersebut sangat merugikan bagi peternak, karena jika sapi tidak merasakan kenyamanan maka hal itu akan berdampak terhadap turunnya imunitas sapi, kegagalan reproduksi, penurunan produksi susu, hingga kematian hewan.
"Cekaman panas ini juga mengakibatkan meningkatnya konsumsi air minum, peningkatan volume urine, dan penurunan konsumsi pakan," katanya.
Ia mengatakan, mendengarkan murottal pada manusia menunjukkan pengaruh yang dimiliki mendatangkan ketenangan urat syaraf reflektif maka murottal tentu dapat juga memberikan kenyamanan untuk sapi. Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata pemberian murottal dapat menurunkan stres pada sapi perah dilihat dari menurunnya suhu reaktal, laju respirasi dan denyut jantung.
"Rataan suhu reaktal, laju respirasi, dan denyut jantung sapi perah FH yang menggunakan murottal sangat berbeda jauh dengan sapi perah yang tidak diperdengarkan murottal," katanya.
Murottal didengarkan pada sapi perah menggunakan pengeras suara di dalam kandang. Terbukti dengan total lama istirahat sapi peranakan FH sebelum diperdengarkan murottal selama 15 hari yang dihitung mulai pukul 12.00 sampai 15.30 WIB adalah 1.524 menit dan saat diperdengarkan murottal lama istirahat meningkat menjadi 2.158 menit.
"Hal ini mengindikasikan sapi perah lebih nyaman dan rileks setelah diberikan murottal," kata Yani.
Yani menambahkan, perlakuan atau pemberian treatmen murottal juga dapat meminimalisir kebisingan di lingkungan peternakan dan menekan efek stres yang ditimbulkan dari suara bising tersebut. "Penelitian ini sudah terbukti mendengarkan murottal pada sapi perah menurunkan stres pada sapi, jika stres hilang waktu istirahat meningkat, dan tentunya berimplikasi pada meningkatnya produksi susu," katanya.