REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Propolis sejak lama dikenal sebagai salah satu obat herbal yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Obat alami ini dihasilkan dari getah yang dikumpulkan lebah untuk menutup celah di sarangnya. Propolis yang dipasarkan di Indonesia selama ini mayoritas adalah produk impor. Para peternak lebah rata-rata masih enggan mengolah raw propolis menjadi propolis siap konsumsi lantaran biaya yang mahal dan prosesnya lama.
Berangkat dari kondisi ini, sekelompok mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya berinisiatif menciptakan alat pengolah propolis. Inovasi besutan Rio Bangga Indriawan, Annisa Aurora, Ahmed Alwy, Nada Mawarda, dan Vindya Septian ini diberi nama B-Protect singkatan dari Bee Propolis Heat Extractor.
Propolis mentah dimasukkan ke dalam tabung reaktor lalu dialiri listrik 0,3 ampere. Sebelum dialiri listrik, propolis terlebih dahulu diberi pelarut etanol. Setiap satu gram propolis dibutuhkan 10 ml etanol. "B-Protect memanfaatkan aliran listrik untuk membangkitkan panas ekstrenal dalam propolis sehingga flavonoid dalam propolis bisa terekstrak lebih sempurna," jelas Vindya saat ditemui Republika belum lama ini.
Dari empat kali pengujian kuantitatif, didapati kandungan flavonoid dari propolis yang diproses menggunakan B-Protect cukup tinggi. Kandungan flavonoidnya mencapai 900 mg per liter propolis. Angka ini hampir setara dengan propolis yang diolah dengan teknologi nano sebesar 913 mg per liter.
"Kalau menggunakan teknologi nano peternak kesulitan karena harus membawa ke pabrik dan biayanya mahal," imbuh Vindya.
Metode B-Protect ini mampu memangkas durasi pengolahan propolis dari yang biasanya 72 jam menjadi enam jam. Di samping itu, peternak lebah tak perlu merogoh kocek dalam-dalam karena B-Protect didesain sebagai alat murah yang bisa digunakan peternak tradisional.
Salah satu anggota tim yang lain, Annisa Aurora, mengatakan peternak yang mengolah propolis mentah menjadi propolis siap konsumsi bisa menghasilkan keuntungan berlipat. Jika dijual dalam kondisi mentah, propolis hanya dihargai Rp 600 ribu per kg. "Sedangkan jika dijual dalam bentuk siap konsumsi harganya mencapai Rp 6 juta per liter," ungkap mahasiswi jurusan Teknologi Hasil Pertanian ini.
Saat ini, mereka tengah mensosialisasikan penggunaan B-Protector di kalangan peternak lebah Malang Raya. Diharapkan pemanfaatan teknologi ini dapat meningkatkan pendapatan para peternak lebah.
Inovasi ini juga berhasil masuk nominasi 10 besar kompetisi Inovasi Teknologi Kabupaten Malang 2017. "Peternak lebah diharapkan bisa lebih sejahtera dengan bantuan B-Protector," kata Annisa.