REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kita sering disarankan untuk tidak mengeklik link dan mengunduh lampiran dan file yang berasal dari sumber yang tidak dikenal. Terkadang tautan atau unduhan yang tak dikenal ini menyebabkan pemasangan perangkat lunak perusak secara tak disengaja yang dapat membuka backdoor ke komputer agar peretas masuk, atau dalam beberapa kasus menyebabkan ransomware.
Ransomware tidak muncul dari waktu ke waktu. Namun tampaknya saat ini ada laporan terjadinya serangan ransomware terbesar akhir-akhir ini. Seperti dilansir Ubergizmo, menurut perusahaan keamanan Avast, telah terdeteksi terdapat lebih dari 75 ribu serangan ransomware yang telah terjadi hari ini. Serangan ransomware berhasil menyebar ke 99 negara di seluruh dunia.
Serangan ransomware berhasil menginfeksi sistem komputer seperti Layanan Kesehatan Nasional Inggris, dan perusahaan telekomunikasi Spanyol Telefonica yang dilaporkan telah terinfeksi juga.
Ransomware yang dimaksud bernama "WannaCry". Kabarnya ransomware tersebut dikembangkan oleh NSA Amerika Serikat. Ransomware yang dimaksud dirancang untuk mengeksploitasi kelemahan dalam sistem Microsoft yang diidentifikasi oleh agensi dan diberi nama kode EternalBlue. Namun WannaCry yang dibuat oleh NSA dilaporkan dicuri oleh sekelompok peretas yang dikenal dengan nama The Shadow Brokers yang mencoba menjualnya dalam sebuah lelang, walaupun mereka kemudian membagikannya secara gratis.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Homeland Security disebutkan, "Pengguna perorangan sering menjadi garis pertahanan pertama melawan ancaman ini dan ancaman lainnya. Kami mendorong semua orang Amerika untuk memperbarui sistem operasi dan menerapkan praktik keamanan siber yang kuat di rumah, kantor, dan sekolah."