REPUBLIKA.CO.ID, MADRID - Meskipun kasus serangan siber telah meningkat selama beberapa tahun, namun serangan itu lebih banyak menargetkan organisasi-organisasi kecil. Lain halnya dengan serangan global siber yang saat ini dilakukan peretas dengan menyebarkan virus WannaCry.
Menurut Chief Technology Officer (CTO) perusahaan keamanan siber Veracode, Chris Wysopal, para peretas kini telah menargetkan perusahaan dan lembaga yang lebih besar. Misalnya, rumah sakit, departemen kepolisian, sistem transportasi umum, dan sejumlah perusahaan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
"Melihat perusahaan telekomunikasi besar seperti Telefonica ikut diretas, tentu membuat semua orang khawatir. Kini ransomware itu mempengaruhi perusahaan besar dengan operasi keamanan yang lebih canggih," kata Wysopal.
Chief Strategy Officer (CSO) perusahaan intelijen siber Flashpoint, Chris Camacho, mengatakan para peretas tidak hanya mengganggu sistem, tetapi juga memilih korban yang dapat diperas dengan memberikan uang tebusan.
"Sekarang penjahat siber tahu mereka bisa memeras orang-orang besar, mereka mulai menargetkan perusahaan besar, dan beberapa di antaranya mungkin tidak siap menghadapi serangan tersebut," ungkap Camacho.
Di Spanyol, beberapa perusahaan besar telah mengambil langkah awal untuk menggagalkan serangan ransomware WannaCry. Langkah itu dilakukan setelah Pusat Kriptologi Nasional Spanyol memberikan peringatan tentang serangan ransomware besar-besaran.
Iberdrola and Gas Natural, unit perusahaan Vodavone di Spanyol, telah meminta staf untuk mematikan komputer mereka terbebas dari akses internet. Pemerintah Spanyol menyatakan, di negara itu serangan siber tidak mengganggu penyediaan layanan atau operasi jaringan, dilansir Reuters.