REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kian Pesatnya dunia teknologi indormasi diikuti dengan makin masalnya penggunaan teknologi dalam berbagai industri. Termasuk oleh industri keuangan.
Hal itupun menuntut sebuah sistem keamanan ekstra mengingat adanya kemungkinan bagi para peretas untuk mengutak-atik sistem dalam sebuah perusahaan. Oleh karena itu, Dimension Data pun menggelar seminar keamanan siber dengan tema Security Imperative for a Succesful Digital Transformation.
Seminar yang digelar di salah satu hotel di Jakarta Selatan itu pun difokuskan pada sektor industri keuangan. Mengingat, menurut General Manager Security Solutions Dimension Data Asia Pasifik, Neville Burdan, industri keuangan adalaha sasaran yang paling diincar oleh para peretas di seluruh dunia.
"Sebenarnya, hal ini bukanlah hal yang mengejutkan. Karena industri keuangan memiliki aset digital yang besar dan data pelanggan yang sensitif," ujarnya dalam konferensi pers setelah seminar berlangsung pada Selasa (9/5).
Berdasar data Global Threat Intelligence Report (GTIR) 2017, sebelumnya, ancaman siber bagi industri keuangan di seluruh dunia hanya berporsi 3 persen dari semua ancaman siber. Kini, porsi itu telah meningkat dengan sangat signifikan hingga menjadi 14 persen.
Menurut Naville, hal ini harus diwaspadai mengingat ancaman siber ini membuat pelaku berpotensi untuk mendapat akses pada aset digital dan data pelanggan. Dengan begitu, pelaku kejahatan siber dapat memperoleh keuntungan dari informasi pribadi nasabah dan data kartu kredit.