Selasa 09 May 2017 17:41 WIB

Indonesia Negara yang Paling Rawan Diserang Peretas

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Winda Destiana Putri
Kejahatan siber
Foto: Flickr
Kejahatan siber

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Operating Officer & Deputy Vice Chancelor Macquarie University, Tim Beresford mengatakan, Indonesia termasuk negara yang paling rawan mendapatkan serangan peretas. Dalam kurun tiga tahun antara 2012 hingga 2015 hampir 500 orang ditangkap atas dugaan kejahatan siber.

"Kerugian yang ditimbulkan dan potensi bahaya kejahatan siber sangat besar. Kondisi ini tak menguntungkan Indonesia yang saat ini tengah berupaya meningkatkan berbagai aplikasi online, seperti kebijakan e-commerce yang terus didorong oleh Presiden Joko Widodo," katanya dalam siaran persnya, Selasa, (9/5).

Berbagai jenis serangan siber yang pernah dialami Indonesia, terang Beresford, antara lain peretasan akun media sosial seperti Facebook dan Twitter. Bahkan yang lebih merugikan misalnya penyadapan pejabat tinggi negara.

Kalau melihat korbannya, ujar dia, motif kejahatan siber itu bervariasi antara lain mencuri atau mengubah data, menyebarkan informasi palsu, membocorkan atau menyalahgunakan data, memata-matai industri atau perusahaan pesaing, membobol rekening bank. Bahkan menguping informasi dari negara lain.

Indonesia juga memiliki populasi yang tinggi sehingga angka penetrasi penggunaan internet terus meningkat. Namun sayangnya Indonesia pada 2015 hanya memiliki 18 orang polisi yang menguasai bidang keamanan siber. Bandingkan dengan Cina yang memiliki 18 ribu polisi keamanan siber dan Korea Selatan yang polisi keamanan sibernya mencapai ribuan.

Oleh karena itu, jelas Beresford, jika Indonesia ingin meningkatkan keamanan sibernya dan ingin memperkuat dominasi e-commerce, Indonesia harus memperkuat dan meningkatkan SDM di bidang keamanan siber. Ini penting untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Macquarie University di Sydney, Australia, terang dia, menawarkan beasiswa kepada pelajar Indonesia untuk mendalami keahlian keamanan siber. Beasiswa senilai lebih dari Rp 15 miliar tersebut diperuntukkan bagi pendidikan tingkat sarjana hingga pascasarjana. Beasiswa ini penting guna meningkatkan SDM keamanan siber di Indonesia.

Keamanan siber merupakan studi unggulan dan prioritas Macquarie University. Perkembangan teknologi informasi yang pesat membuat kebutuhan tenaga profesional dibidang keamanan siber meningkat pesat. Para pakar menyebutkan sedikitnya satu juta lowongan kerja dibidang keamanan siber tidak terisi di seluruh dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement