REPUBLIKA.CO.ID, Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kadar karbondioksida di atmosfer Bumi tercatat sebesar 410 parts per million (ppm). 'Capaian' ini seakan menandakan babak baru dalam masalah perubahan iklim di Bumi.
Hasil tersebut ditunjukkan oleh Kurva Keeling yang digunakan dalam program Scripps Institution of Oceanography, University of California San Diego. Proses perekaman kadar karbondioksida di atmosfer ini dilakukan di Mauna Loa Observatory, Hawaii.
Temuan ini tak hanya mengejutkan para ilmuwan tetapi juga menyadarkan para ilmuwan terkait seriusnya masalah perubahan iklim. Pada 2016 lalu, Bumi sudah mencapai kadar karbondioksida 'normal' yang baru dan berbahaya yaitu 400 ppm. Saat itu, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer menjadi 410 ppm akan segera terjadi.
"Kita berada di sebuah Era baru. Dan Era ini berjalan sangat cepat," kata direktur Program CO2 dari Scripps Institution, Ralph Keeling, pada waktu itu seperti dilansir Science Alert.
Peningkatan dari 400 ppm menjadi 410 ppm mungkin terlihat sepele bagi masyarakat awam. Akan tetapi peningkatan ini menunjukkan titik perbandingan bagi para ilmuwan.
"Data ini berperan sebagai pengukur yang bermanfaat untuk membandingkan rekam jejak geologis," terang peneliti paleoclimate dari University of Southampton, Gavin Foster.
Peningkatan kadar karbondioksida di atmosfer memang dipengaruhi oleh faktor alami seperti El Nino dalam dua tahun terakhir. Akan tetapi, perilaku pembakaran bahan bakar fosil yang dilakukan manusia dalam jumlah sangat besar merupakan faktor utama yang menyebabkan Bumi mencapai rekor baru 410 ppm ini. Alasannya, pembakaran bahan bakar fosil dalam jumlah besar ini juga menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar.
Oleh karena itu, masalah perubahan iklim ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh segelintir pihak. Penting bagi semua negara di dunia untuk bekerjasama dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan dan hijau.
"Peningkatan rasio akan menurun jika emisi menurun," ungkap peneliti dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Pieter Tans.
Meski begitu, penurunan emisi tidak serta merta akan menurunkan kadar karbondioksida yang sudah terlanjur tinggi. Penurunan kadar karbondioksida di atmosfer bisa menurun jika emisi yang ada saat ini dikurangi hingga setengahnya.
Mengingat pentingnya masalah ini bagi masa depan Bumi dan manusia, para peneliti hingga masyarakat awam di Amerika Serikat berkumpul dan melakukan jalan kaki bersama pada Hari Bumi, 22 April lalu. Melalui gerakan ini, diharapkan akan ada upaya global yang lebih serius untuk mengatasi masalah peningkatan kadar karbon dioksidan dan perubahan iklim.