Ahad 30 Apr 2017 21:20 WIB

Yang Bisa Diketahui dari Proses Defekasi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Lambung.
Foto: Edoctoronline.com
Lambung.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Salah satu praktik pengobatan kuno yang pernah dilakukan Bangsa Cina, Mesir, dan Yunani adalah mengamati bentuk, ukuran, tekstur feses. Praktik ini masih berlangsung hingga sekarang, apalagi penyakit pencernaan menguras miliar dolar pengeluaran warga Amerika Serikat tiap tahunnya.

Meski membicarakan feses mungkin bukanlah menyenangkan, namun bagi para saintis hal ini sangat berarti. Dokter bedah usus sekaligus Guru Besar Teknik Mekanik dan Biologi Georgia Institute of Technology Daniel Chu bersama dua mahasiswanya Candice Kaminski dan Morgan LaMarca dari perguruan tinggi yang sama meneliti fesed 34 spesies mamalia di Zoo Atlanta.

Mereka merekam proses defekasi dan memungut feses yang dikeluarkan 34 spesies mamalia tersebut untuk diukur kepadatan, kekentalan, dan dilihat material dalam feses.

Dari hasil penelitian mereka, herbivora menghasilkan feses lebih ringan dibanding karnivora. Sementara dari tingkat bau, di urutan teratas adalah feses harimau dan yang terbawah adalah feses panda. Bentuk dan ukuran feses juga memberi informasi dan validasi model matematika yang para peneliti buat tentang durasi defekasi.

Selain itu, hewan besar melakukan defasi dengan kecepatan lebih tinggi dengan ukuran feses lebih besar. Misal gajah yang mengeluarkan feses enam centimeter per detik atau enam kali dari anjing atau tiga kali lebih cepat dari manusia. Durasi keseluruhan defekasi juga konstan pada banyak spesies, yakni 12 detik plus minus tujuh detik meskipun volume feses yang keluar sangat banyak, demikian dilansir //Live Science//, pekan ini.

Kunci kecepatan defekasi ini terletak pada lapisan mucus di dinding usus halus. Meski lapisan ini setipis rambut, namun mucus yang dihasilkan sangat licin.

Hewan-hewan besar punya feses berukuran besar dengan lapisan mucus lebih tebal di usuh halusnya sehingga defekasi mereka berlangsung cepat. Menipisnya lapisan mucus ini dapat menimbulkan gangguan pencernaan seperti konstipasi (sulit mengeluarkan feses) dan infeksi bakteri.

Lebih dari ini semua, penelitian tentang feses dan defekasi membantu para perusahaan popok memproduksi popok dewasa termasuk popok khusus astronot. Hasil penelitian ini kemudian digunakan untuk mendesain popok khusus astronot yang memungkinkan feses tidak kontak dengan kulit. Desain popok itu memenangkan NASA Space Poop Challenge awal tahun ini

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement