REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia maya pada Jumat (28/7) digegerkan dengan situs Telkomsel yang diretas oleh hacker. Peretas yang berhasil masuk ke situs operator terbesar di Indonesia tersebut menulis keluhan terhadap harga layanan internet yang diberikan oleh Telkomsel.
Melihat hak itu, Chief Economist PT. Danareksa Sekuritas, Kahlil Rowter mengatakan, tarif internet yang ditetapkan oleh Telkomsel saat ini tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Dia mengatakan, tarif yang berlaku di Telkomsel sudah fair dan tidak ada indikasi usaha untuk monopoli atau anti kompetisi. Selain itu, dia menilai, kualitas yang diberikan oleh Telkomsel juga lebih baik operator lainnya.
Dia mengatakan, seharusnya masyarakat sudah bisa melihat industri telekomunikasi itu tidak sekadar harga, tapi juga dari kualitas layanan yang diberikan oleh operator telekomunikasi (quality of service) dan keterjangkauan jaringan. "Karena kualitas layanan ini adalah abstrak, maka pemerintah harus mengatur," kata Khalil.
Kahlil mengatakan, ada operator yang menyediakan tarif murah, namun kualitas layanan yang diberikan masih terbilang rendah. Seperti masih adanya blank spot, gagal sambung dan penurunan kualitas layanan lainnya. Padahal, lanjutnya, itu masih di wilayah Jakarta, apa lagi di luar Jakarta dan luar pulau Jawa.
"Ini kita ibaratkan Telkomsel itu seperti mobil premium sementara operator lain seperti mobil niaga. Mobil premium memiliki standar kualitas yang jauh lebih dibandingkan mobil niaga. Namun mobil niaga juga memiliki standar minimum keamanan tersendiri. Dengan penetapan standar kualitas maka konsumen akan dapat menilai sendiri operator mana yang terbaik untuk mereka," katanya.
Kahlil menilai hingga saat ini tarif internet di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia masih jauh lebih murah. Namun demikian kualitas internet di Indonesia juga dinilai ekonom dari Danareksa ini masih dibawah negara-negara Asia. Kualitas internet yang bagus dinilai Kahlil hanya terjadi di Jakarta dan beberapa kota besar saja.
Mengenai tarif internet di Indonesia yang terlalu murah, juga dikiritisi oleh Kahlil. Jika masih menerapkan perang tarif di internet, maka bisa dipastikan operator telekomunikasi tersebut tidak mampu mempertahankan kualitas layanannya kepada konsumennya. "Ujung-ujungnya nanti operator tersebut akan bangkrut. Contohnya saja Esia dan Fren yang dahulu jor-joran dalam menerapkan tarif telekomunikasinya. Namun itu semua keputusan bisnis masing-masing operator," jelasnya.
Sementara itu management Telkomsel melalui Adita Irawati, Vice President Corporate Communications mengatakan bahwa Telkomsel berterima kasih dan menghargai keluhan masyarakat pengguna soal tarif kuota Internet. Menurutnya itu merupakan bukti jika produk Telkomsel digunakan oleh masyarakat luas.
Terkait tarif, Adita mengatakan dalam menetapkannya, Telkomsel selalu merujuk pada komponen biaya jaringan termasuk untuk kebutuhan akses bandwidth internasional. Telkomsel juga menyediakan beberapa pilihan paket internet kepada pelanggan, dengan berbagai pilihan harga sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Adita mengatakan, saat ini pelanggan Telkomsel mencapai 169 juta pelanggan dimana sekitar 50 persen diantaranya tercatat sebagai pelanggan 3G/4G. Dia melanjutkan, Telkomsel juga telah melaksanakan pembangunan sekitar 25 ribu BTS baru sepanjang 2016, yang mana 92 persen diantaranya merupakan BTS 3G/4G.
Telkomsel memiliki total BTS sekitar 137,000 unit, dengan komposisi BTS 3G/4G sebesar 61 persen. "Semua ini tentunya kami tujukan untuk bisa membantu masyarakat memperoleh akses telekomunikasi yg dapat mendukung aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh Indonesia," tutup dia.