Sabtu 22 Apr 2017 06:11 WIB

Usik Dunia dengan Malware, Hacker Remaja Jalani Hukuman Offline Dua Tahun

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Reiny Dwinanda
Hacker (ilustrasi)
Foto: pixabay
Hacker (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, HERTFORDSHIRE -- Setelah melancarkan serangan terhadap 1,7 juta situs, Adam Mudd mendapat hukuman sementara berupa kewajiban offline selama dua tahun. 

Hacker remaja asal Kings Langley, Hertfordshire, Inggris itu pada 2013 menciptakan sebuah malware yang mengusik jutaan situs di berbagai penjuru dunia. Program komputer yang ia ciptakan telah membuatnya untung sebesar 300.000 Euro atau sekitar Rp 4,2 miliar.

Berdasarkan keterangannya di muka pengadilan, hakim mendengar Mudd menciptakan malware tersebut setelah dia keluar dari sekolah lantaran di-bully

Program tersebut Mudd lancarkan untuk menyerang jaringan yang dioperasikan sekolah dan kampus. Universitas Cambridge, Essex, dan East Anglina termasuk segelintir korbannya. Institusi tersebut harus mengeluarkan jutaan pounds untuk melindungi jaringan komputernya dari serangan malware tersebut.

Mudd yang kini berusia 20 tahun mengutip biaya dalam dolar AS dan Bitcoins untuk melancarkan serangan distributed denial of service (DDoS) terhadap laman internet yang disasar.

Salah seorang jaksa penuntut, Jonathan Polnay, mengatakan dampak dari program yang diciptakan Mudd ini bersifat global. Mudd telah melakukan 594 kali serangan DDoS selama 18 bulan. Lebih dari 112 ribu pengguna telah terdaftar pada program buatan Mudd dan mereka telah meretas sebanyak 666 ribu alamat IP.

Sebanyak 53 ribu pengguna program malware tersebut berdomisili di Inggris. Di antara target peretasan Mudd, gim RuneScape telah 25 ribu kali diserang. Serangan ini menyebabkan pemilik perusahan gim itu harus mengeluarkan enam juta Pounsterling untuk melindungi jaringannya.

Target lainnya dari peretasan tersebut di antaranya ialah Minecraft, Xbox Live, dan perangkat lunak komunikasi pemain gim komputer TeamSpeak. Polney memantau motivasi Mudd bukanlah uang, melainkan pengakuan diri. 

The Guardian mengabarkan Mudd bukanlah anak yang bergaya hidup mewah. Ketika ditangkap pada bulan Maret 2015, Mudd berada di kamar tidurnya, di depan komputernya.

Mudd merupakan seorang mahasiswa ilmu komputer yang mengidap sindrom Asperger. Remaja berusia 16 tahun ini diketahui lebih tertarik dengan aktivitasnya di dunia maya ketimbang uang berjumlah miliaran yang ia hasilkan.

Secara kebetulan, National Crime Agency, mengungkap hasil penelitian yang menunjukkan motif dibalik perbuatan Mudd dan remaja seusianya lebih terkait idealisme agar dipuji oleh teman-temannya ketimbang uang.

Sebagai penyandang sindroma Asperger, Mudd mengaku sudah mengerti kesalahannya. Dia tak mengelak terhadap tiga tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yakni mengganggu operasi komputer, melanggar Undang-Undang Penyalahgunaan Komputer, dan menyembunyikan properti kriminal.

Di lain sisi, pengadilan mencatat Mudd melancarkan serangan malware semata lantaran lingkungannya kurang menunjukkan empati kepadanya. Menurut Ben Cooper selaku pengacaranya, di antara remaja sebaya Mudd, ada elemen kesombongan dan cari perhatian. "Dia adalah anak yang mencari pertemanan dan status di komunitas gaming," kata Cooper.

Sejak dikeluarkan dari kampusnya, Mudd larut dalam dunia gim daring. Dia kini bekerja dengan gaji rendah sebagai buruh dapur. Hakim akan membacakan putusan tetap atas kejahatan siber tersebut pada pekan depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement