Selasa 18 Apr 2017 17:50 WIB

Prelo Komitmen Lawan Barang Palsu di Dunia E-Commerce

E-commerce
E-commerce

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Prelo, marketplace online untuk barang preloved (bekas) berkualitas dan asli alias no KW, berupaya terus menjaga produk-produk yang dijajakan para penjualnya adalah produk asli dan bukan palsu atau bajakan.

Upaya ini dilakukan Prelo untuk mendapatkan kepercayaan konsumen, sekaligus meyakinkan mereka bahwa belanja online merupakan kegiatan yang aman, praktis, dan bebas dari barang bajakan.

"Di bisnis saya sebelumnya, banyak sekali aduan dari pembeli dan penjual tentang barang palsu yang dijual," kata CEO dan founder Prelo, Fransiska Hadiwidjana, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (18/4).

Selain melanggar hukum, fenomena pembajakan yang merajalela bersifat sangat destruktif untuk ekosistem perdagangan berbasis online alias e-commerce. Banyak pembeli yang menjadi skeptis dan selalu membutuhkan verifikasi ekstra untuk memeriksa keaslian barang yang akan dibeli.

"Ini menyadarkan kami bahwa betapa mudahnya barang palsu diperjualbelikan di Indonesia. Akhirnya, ini menjadi salah satu alasan yang mendorong kami membangun Prelo," ujar Fransiska.

Prelo melawan pembajakan dengan mengkurasi semua barang yang dijual melalui platform-nya. Tim internal dan algoritma khusus dari perusahaan ini mampu mengidentifikasi produk yang mencurigakan dengan membandingkannya dengan produk lain dalam domain publik berdasarkan deskripsi, merk, model, dan berbagai atribut lainnya.

Prelo juga aktif dalam berbagai komunitas produk, agar setiap anggota semakin jeli menyaring produk yang asli dari barang palsu. Misalnya, tim Prelo belajar cara memeriksa otentisitas dari sepatu sneakers dari komunitas sneakers online.

Sejak peluncurannya pada November 2015, startup asal Bandung ini telah memfasilitasi transaksi senilai lebih dari 1 juta dolar AS atau setara Rp 13 miliar.

Kini, Prelo memiliki puluhan ribu pengguna aktif setiap bulannya dan memiliki 200 ribu produk yang tersedia dalam platform. Tim yang beranggotakan 13 orang ini telah menerima pendanaan awal dari Rebright Partners pada tahun 2015 yang tidak disebutkan jumlahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement