Kamis 13 Apr 2017 01:01 WIB

Tantangan Perusahaan dalam Memasuki Era Transformasi Digital

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Winda Destiana Putri
Digital Transformasi. Ilustrasi
Foto: CNN
Digital Transformasi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu perubahan yang terjadi di dunia kerja di era digital adalah adanya fleksibilitas tempat kerja. Artinya, seorang karyawan tidak harus mengerjakan semua pekerjaannya di kantor, tapi bisa dilakukan dari dimanapun dan kapapun melalui perangkat mobile dan aplikasi berbasis penyimpanan data virtual, cloud.

Bahkan, perubahan ruang kerja tersebut juga berlaku untuk kerja yang sifatnya melibatkan tim atau kelompok. Perubahan inilah yang harus dijawab oleh perusahaan. Terlebih dengan mulai masuknya Generasi Milenial ke dunia kerja. Namun, ada sejumlah tantangan struktural di tempat kerja yang perlu diatasi oleh sebuah perusahaan agar dapat mempersiapkan diri menghadapi era digital tersebut.

Berdasarkan studi dari Microsoft Asia Workplace 2020, yang dilakukan pada Februari hingga Maret 2017, 38 persen responden menyatakan setuju bahwa kepemimpinan organisasi mereka telah berkomitmen dalam menjembatani kemampuan dan kesenjangan digital di tempat kerja mereka. Studi ini melibatkan  4.175 responden di 14 negara Asia, termasuk 312 responden dari Indonesia.

''Pemimpin organisasi merupakan orang yang harus mampu untuk mendorong praktek flexy work di tempat kerja,'' ujar Chief Operating Officer Microsoft Indonesia, Davina Yeo, saat peluncuran 'Microsoft Team' di Jakarta, belum lama ini.

Selain itu, budaya di organisasi atau perusahan tersebut juga memegang hal penting. Hal ini menyangkut investasi yang dilakukan perusahaan dalam hal pengembangan budaya digital, melalui pelatihan dan pengembangan lewat pihak SDM. Dari hasil studi, baru 43 persen responden yang menyatakan setuju bahwa organisasi mereka telah melakukan langkah tersebut.

Pun dengan aspek adanya akses terhadap pusat data dan teknologi yang lebih baru. Terkait hal ini, hanya 39 persen responden yang merasa, organisasi mereka telah berinvestasi dalam perangkat analisis dan data untuk membuat mereka mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Kemudian baru 42 persen responden yang menyebutkan bahwa organisasi mereka telah memberi mereka perangkat untuk menyederhanakan alur kerja.

Lebih lanjut, Davina menyebutkan, akhirnya menjadi penting bagi pemimpin bisnis dan pemimpin SDM di suatu perusahaan atau organisasi uuntuk mencari cara memberdayakan individu dengan lebih baik dan menghilangkan hambatan untuk berkolaborasi di era digital. ''Terutama ketika studi jelas mengidentifikasi celah-celah yang dapat diminimalisir dengan teknologi. Namun, juga penting bagi organisasi untuk menjembatani kesenjatang antara kepemimpinan dan karyawan dengan lebih berfokus pada orang-orang dan budaya,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement