Selasa 04 Apr 2017 13:00 WIB

NASA Gunakan AI Deteksi Letusan Gunung Berapi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Winda Destiana Putri
NASA Gunakan AI Deteksi Letusan Gunung Berapi.
Foto: Livescience
NASA Gunakan AI Deteksi Letusan Gunung Berapi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ketika gunung berapi di Ethiopia meletus pada Januari, vulkanologi berharap satelit NASA mampu mengenali dan mengambil gambar. Namun harapan itu justru sudah terlampaui dengan beberapa langkah terdepan dengan mengamatinya menggunakan program kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Otonomi Sciencecraft Experiment (ASE) merupakan AI yang membimbing kegiatan NASA Earth Observing-1 (EO-1) atau pesawat luar angkasa sselama lebih 12 tahun. Satelit EO-1 diluncurkan pada tahun 2000 sebagai satelit Bumi dan dilengkapi dengan AI panduan pada tahun 2003.

Dengan bantuan dari ASE, satelit dapat mendeteksi perubahan ilmiah di Bumi seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan banjir. kemudian dari hasil tersebut peneliti dapat memberikan tanda waspada dan mengambil foto dari peristiwa.

Bulan ini, NASA  akan mempensiunkan EO-1, dan mereka menilai aktivitas berapi di Ethopia menjadi misi terakhir satelit ini. "Kami menangkap acara ini pada waktu yang sempurna, selama awal, fase pengembangan letusan. Ini tidak akan terjadi tanpa Volcano Sensor Web," kata pemimpin ilmuwan untuk ASE dan vulkanologis di NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL) Ashley Davies dikutip dari Livescience.

Baca juga: Pengaruh Artificial Intelligence pada Mainan

Volcano Sensor Web merupakan jaringan satelit dan sensor tanah yang memiliki tugas memantau perubahan seperti kenaikan suhu planet. Pada Akhir Januari, salah satu satelit dalam jaringan mendeteksi perubahan danau lava Erta Ale di Ethiopia, dan EO-1 menangkap gambar dari gunung berapi tersebut.

Berkat respon cepat satelit EO-1, peneliti NASA mengatakan, mereka dapat meninjau gambar Erta Ale untuk mempelajari bagaimana perubahan lava dari waktu ke waktu. Selain di Ethiopia, peneliti NASA menggunakan ASE dengan EO-1 untuk mempelajari letusan gunung berapi Puyehue-Cordon Caulle di Chile pada 2011 dan letusan gunung berapi di Islandia pada tahun 2010.

"Ini adalah tonggak sejarah dalam aplikasi AI. Kami seharusnya melakukan ini selama enam bulan, dan kami begitu sukses bahwa kami melakukannya selama lebih dari 12 tahun," kata peneliti utama dari ASE dan kepala Intelligence Group Buatan di JPL Steve Chien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement