REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen biologi Universitas Brawijaya Widodo berhasil menciptakan kolagen dari sisik ikan gabus. Pria yang juga Ketua Jurusan Biologi ini menyampaikan produksi NCS (Natural Collagen Spray) berfungsi untuk memperbaiki jaringan kulit yang rusak dengan efek anti penuaan.
Widodo mengatakan produksi NCS menggunakan teknologi sederhana yakni ekstraksi fisis sisik ikan gabus menjadi kolagen dalam bentuk cairan. "Ekstraksi tanpa menggunakan bahan kimia akan lebih aman buat kulit," katanya pada Jumat (31/3).
Menggunakan hasil samping pengolahan ikan gabus, kolagen ini merupakan produk ramah lingkungan yang diharapkan mampu menembus pasar internasional. Penggunaan ikan gabus menurutnya juga menjadi alternatif produksi kolagen yang selama ini belum jelas kehalalannya.
Dengan penelitian yang masih skala laboratorium, Widodo berharap kampus bisa memfasilitasi produksi massal NCS hingga komersialisasinya. Fasilitasi tersebut menurutnya bisa memanfaatkan technopark UB yang saat ini sedang dalam pembahasan. Namun, dia tidak berkeinginan untuk mematenkan produk maupun proses produksi NCS. "Produksinya hanya menggunakan teknologi sederhana saja, jadi tidak perlu dipatenkan," katanya.
Pria yang menamatkan studi doktoralnya di Jepang ini lebih memilih menggunakan rahasia dagang untuk menghadapi persaingan pasar. Hal ini karena telah banyak produsen kolagen di pasaran dengan teknologi produksi massal yang telah mapan disertai rantai distribusi yang bagus. "Harapannya produk ini bisa menjadi lisensi UB. Jadi tidak ada niatan untuk melepas ke perusahaan maupun UMKM," ujar Widodo yang menjual produknya di kisaran lima puluh ribu rupiah.
Dalam pengembangan NCS, ia berencana melakukan diversifikasi bahan baku menggunakan sisik ikan kakap yang saat ini telah siap di Laboratorium Biomolekuler UB. Jika saat ini masih dalam bentuk spray, maka ke depan kolagen ini akan dikemas dalam bentuk kapsul dan menjadi super healthy agent untuk mengatasi penyakit degenerative seperti jantung dan penyakit hati/liver.