Sabtu 25 Mar 2017 02:30 WIB

Ilmuwan Temukan Cara Produksi Darah yang tak Pernah Habis

Rep: Sri Handayani/ Red: Ilham
Kantong darah (ilustrasi).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kantong darah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BRISTOL -- Para ilmuwan di Universitas Bristol, Inggris telah memprakarsai penemuan barisan sel darah abadi (immortalized blood cell lines). Ini memungkinkan produksi sel darah merah dilakukan secara masif.

Seperti dilansir United Press International, tim peneliti berkolaborasi dengan NHS Blood and Transplant menciptakan produksi sel darah merah dalam skala besar. Cara ini dapat menyediakan sumber transfusi darah yang aman untuk orang-orang dengan tipe darah langka. Penemuan ini juga dapat mengimbangi keterbatasan donasi darah.

Penelitian sebelumnya menghasilkan cara menumbuhkan sel induk hasil donasi menjadi sel darah merah matang atau dewasa. Namun, metode ini hanya mampu memproduksi sel darah merah matang dalam jumlah sangat sedikit. Ini juga menuntut adanya donasi ulang.

"Pendekatan sebelumnya memproduksi sel darah didasarkan pada sumber sel induk yang hanya mampu memproduksi jumlah yang sangat terbatas,” kata doktor dari Universitas Biokimia Bristol Jan Frayne dalam sebuah siaran pers.

Dengan menggunakan pendekatan alternatif ini, tim peneliti dapat menghasilkan barisan eritrosit abadi dan menunjukkan cara yang dapat dilakukan untuk memproduksi sel darah merah demi keperluan klinis dalam kultur in vitro. Secara umum, ada kebutuhan terhadap produk sel darah merah alternatif. Pencangkokan sel darah merah memberikan beberapa manfaat, misalnya mengurangi risiko transmisi infeksi penyakit.

Sel abadi (immortalized cells) dibuat dengan memerangkap sel induk muda untuk menghasilkan barisan sel yang stabil. Dengan begitu, sel darah akan tumbuh tak terbatas dan dapat dipicu untuk menjadi sel darah merah.

Para peneliti telah bekerja selama bertahun-tahun untuk mencari alternatif darah donor bagi pasien. Pada awalnya, sel darah merah hasil pencangkokan ini hanya digunakan pada kelompok pasien dengan tipe darah langka, sebab donor darah konvensional sulit memenuhi kebutuhan.

Kelompok yang paling merasakan manfaat adalah para pasien dengan kondisi kompleks dan kehidupan terancam seperti penderita penyakit sel sabit (sickle cell disease) dan talasemia. Mereka membutuhkan transfuse darah berkali-kali dengan tingkat kecocokan tipe darah yang tinggi.

Tujuan utama penelitian ini bukan untuk menggantikan donor darah konvensional. Para peneliti ingin menyediakan layanan khusus bagi kelompok pasien tertentu. Mereka masih perlu waktu bertahun-tahun hingga produksi sel darah merah dalam skala besar dapat diwujudkan. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement