REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Muhammad Iqbal Akbar M, Puji Astuti, dan Dian Rahmawati memanfaatkan lumpur Porong, Sidoarjo untuk dijadikan energi listrik. Penelitian ketiga mahasiswa IPB tersebut menggunakan sistem Microbial Fuel Cell (MFC).
MFC merupakan salah satu dari fuel cell berbasis biologi. Teknologi MFC merupakan pendekatan baru pembangkit tenaga listrik. MFC merupakan sistem bioelektrokimia yang dapat membangkitkan listrik dari oksidasi substrat organik dan anorganik dengan bantuan katalisis mikroorganisme. Di antara pilihan teknologi pembangkit energi listrik, sistem MFC memiliki nilai efesiensi konversi mendekati 100 persen.
"Jadi, penggunaan MFC ini dinilai menguntungkan, karena nilai efesiensi konversinya merupakan yang tertinggi di antara sistem pengkonversi biomassa lainnya," ujar Kepala Biro Hukum, Promosi dan Hubungan Masyarakat, Yatri Indah Kusumastuti dalam siaran pers, Selasa (21/3).
Adanya teknologi MFC yang terbukti mampu mengkonversi senyawa logam dengan bantuan bakteri menjadi energi listrik, menimbulkan suatu gagasan sebagai solusi alternatif penyelesaian masalah lumpur di Sidoarjo. Teknologi ini memanfaatkan aktivitas konsorsium bakteri, logam berat, dan gas metan pada lumpur sebagai sumber energi baru yang direalisasikan melalui pembangkit listrik ramah lingkungan.
"Gagasan ini sekaligus solusi terhadap ancaman krisis energi yang melanda Indonesia," jelas Yatri.
Prinsip kerja MFC adalah pertama-tama tempatkan dua elektroda yang saling terhubung, yaitu anoda (tanggul di Sidoarjo) yang mengandung sedimen bersifat anaerobik dan katoda (air sungai Porong) yang mengandung oksigen terlarut. Rangkaian alat MFC dirangkai secara seri yang hasil energi listriknya disimpan dalam kapasitor.
Energi yang tersimpan dalam kapasitor itulah yang akan dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. "Dengan demikian, bencana lumpur Sidoarjo dapat dijadikan solusi untuk menjawab kekurangan energi listrik di Indonesia," pungkas Yatri.