REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keuntungan finansial menjadi salah satu alasan yang kerap digunakan para penjahat cyber dalam melakukan banyak aksinya. Sebab dalam banyak kasus, solusi keamanan terdahulu tidak memiliki kemampuan untuk menangani tantangan-tantangan baru ini.
Country Manager F5 Networks Indonesia, Fetra Syahbana mengatakan setiap industri memiliki infrastruktur keamanan untuk merahasiakan sumber informasi mereka. "Industri yang memerlukan keamanan, adalah area yang menjadi vital bagi perusahaan tersebut. Bahasa mudah saya, area mana yang butuh proteksi atau keamanan tentu saja yang ada uangnya. Orang (peretas) pasti tertarik," kata Fetra di Jakarta.
Fetra mencontohkan, pola serangan hacker industri perbankan saat masyarakat lengah seperti liburan atau perayaan hari besar. Seperti yang dialami salah satu perbankan nasional, dimana sebelum sehari perayaan Natal Desember 2015 lalu mengalami serangan hacker.
Akibatnya, reputasi perusahaan dapat terancam dan menyebabkan hilangnya kepercayaan dan loyalitas pelanggan. "Kerugian kepercayaan pelanggan yang paling berpengaruh. Saat 2015 lalu, memang ada perbankan yang mengalami serangan tapi saya tidak bisa sebutkan karena rahasia perusahaan," kata Fetra.
Berbeda dengan industri perbankan, definisi 'uang' untuk industri telekomunikasi bukan dalam arti uang fisik sebenarnya. Pria yang sudah bergabung selama empat tahun di F5 Networks, menjelaskan bahwa uang yang dimaksud di telco diartikan sebagai pulsa. "Kalau di telekomunikasi yang namanya pulsa adalah uang, itu fraud-nya juga banyak. Kita tidak tahu kapan dan siapa yang potong pulsanya,” katanya.
Tidak melulu soal uang, namun informasi mengenai data customer juga harus idijaga ketat, baik vendor maupun perbankan juga menghadapi tantangan utama dalam memastikan keselamatan data pelanggan mereka. Apabila perusahaan mengalami pelanggaran data, maka nilai perusahaan yang diraih dari upaya transformasi digital dapat hilang begitu saja.
"Reputation is everything, perusahaan akan melakukan yang terbaik untuk melindungi informasi itu," kata pria yang pernah bekerja di IBM tersebut.