REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Peluncuran satelit Telkom 3S (T3S) dari Kourou, French Guiana pada 14 Februari waktu setempat atau 15 Februari WIB mendatang menjadi salah satu yang ditunggu masyarakat Indonesia.
Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB M Ridwan Effendi mengatakan satelit T3S sangat ditunggu kehadirannya untuk menyambungkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang didominasi pulau-pulau.
“Jaringan kabel serat optik atau microwave di daratan tidak bisa menjangkau seluruh wilayah negara ini. Berbeda dengan satelit yang bisa menjangkau seluruh NKRI plus sebagian besar wilayah tetangga,” katanya dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (6/2).
Sebelumnya, Direktur Network, IT, & Solution Telkom, Abdus Somad Arief mengatakan peluncuran satelit T3S menjadi momentum bagi perusahaan untuk mengurangi ketergantungan sewa dari satelit asing.
Pasalnya, meski sudah memiliki dua satelit eksisting, Telkom masih memerlukan tambahan kapasitas, sehingga harus menyewa lagi dari satelit milik asing. Peluncuran satelit ketiganya, yakni Telkom 3S, bertujuan untuk menambah kapasitas.
"Indonesia menjadi negara kedua pertama di dunia yang meluncurkan satelit pada 1976 lalu. Sejak itu sampai sekarang, kita selalu beli satelit . Kami harap dalam 5-10 tahun lagi, Indonesia bisa membuat satelit sendiri," ujarnya.
Menurut Pria yang akrab disapa Asa itu, Indonesia masih akan terus membutuhkan satelit, mengingat negeri ini merupakan negara kepulauan terbesar dengan lebih dari 17.000 pulau di seluruh Indonesia. Pembangunan jaringan seluler dan serat optik masih dirasa sulit untuk menjangkau daerah terpencil.
Meski tidak digunakan langsung ke end-user, satelit merupakan jaringan backbone atau pendukung jaringan seluler dan serat optik. Cakupan satelit sangat luas dan memperkuat pengiriman jaringan telekomunikasi kepada masyarakat.
"Indonesia butuh satelit jangka panjang karena banyak sekali daerah di Indonesja yang harus dijangkau. Makanya, kita harus menantang diri sendiri untuk membuat (satelit) dengan tangan sendiri. Tentu butuh waktu," paparnya.
Rencananya, satelit T3S akan menempati slot orbit 118 derajat bujur timur. Posisinya kira-kira di atas Kota Makassar. Untuk Indonesia, posisi ini boleh dikatakan di tengah-tengah tanah air.
Keuntungannya adalah bahwa seluruh bandwidth yang disediakan T3S akan dapat ditangkap merata di seluruh tanah air dan dengan power yang cukup besar. Sangat berbeda dengan bandwidth yang ditawarkan dari satelit asing, memang lebih murah namun karena orbit satelitnya relatif jauh dari Indonesia, power signal-nya kecil sehingg kualitas bandwidth yang disediakan juga tidak sebagus T3S.
Masa operasi dari satelit T3S diperkirakan 18 tahun memiliki kapasitas 49 ransponder, terdiri atas 24 transponder C-Band (24 TPE), 8 transponder extended C-Band (12 TPE), dan 10 transponder Ku-band (13 TPE).
Telkom mempercayakan pembuatan satelitnya ke Thales Alenia Space (TAS) dan akan diluncurkan oleh ArianeSpace. Keduanya perusahaan asal Perancis.
T3S adalah satelit pertama Telkom yang dilengkapi dengan spektrum Ku-band. Satelit sebelumnya, Telkom-1 dan Telkom-2 semuanya "bermain" di C-band dan atau extended C-band.
Frekuensi Ku-band tergolong tinggi sehingga diameter antena penerima cukup kecil saja. Hal ini tentu banyak memberikan keuntungan bagi pengguna, khususnya terkait waktu instalasi yang tentunya lebih cepat dan juga kepraktisan dalam teknis instalasi karena tidak memerlukan pondasi yang mahal.
Di samping itu dari sisi layanan, dengan frekuensi yang lebih tinggi otomatis bandwidth yang disediakan juga lebih besar. Memang ada tantangan alam untuk frekuensi Ku-band, yaitu kerentanannya terhadap hujan. Namun satelit T3S sudah dilengkapi dengan teknologi untuk mengatasi degradasi performansi Ku-band akibat hujan, yaitu dengan penyesuaian otomatis modulasi yang digunakan maupun power satelit.
Telkom rencananya akan memindahkan kapasitas C-Band di Satelit Telkom-2 ke T3S . Untuk extended C-band akan diisi dari pemindahan transponder yang selama ini disewa Telkom dari satelit asing.
“Khusus untuk Ku-band, akan diisi dari pemindahan transponder satelit asing maupun dari new sales. Dengan rencana penggunaan transpondernya maka pada tahun pertama diestimasikan untuk satelit T3S akan langsung terisi 90% dari kapasitasnya. Jarang ada operator satelit bisa mencapai tingkat monetizing yang demikian cepat,” pungkasnya