Jumat 03 Feb 2017 19:39 WIB

Ilmuwan Klaim Temukan Benua yang Hilang di Bawah Negara Mauritius

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Winda Destiana Putri
Ilmuwan. Ilustrasi
Foto: Wikipedia
Ilmuwan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PORT LOUIS - Sekelompok ilmuwan mengklaim telah menemukan satu benua yang hilang. Mereka menemukan benua tersebut tersembunyi di bawah negara kepulauan Mauritius, Afrika Timur.

Ini mungkin terdengar tidak masuk akal, namun jauh di bawah Samudera Hindia, sebuah tim peneliti, yang dipimpin oleh Universitas Witwatersrand Afrika Selatan, telah menemukan potongan-potongan dari benua kuno. Potongan lava tertutup benua, dijuluki Mauritia, ditemukan di bawah pulau populer Mauritius.

Menurut laporan yang diterbitkan pekan ini dalam jurnal Nature Communications, potongan kerak yang tersisa dari pecahnya Gondwanaland, super-benua yang ada lebih dari 200 juta tahun yang lalu. Gondwanaland mengandung batu hingga berusia 3,6 miliar tahun. Gondawanaland kemudian terbagi menjadi beberapa benua yang sekarang ada yaitu Afrika, Amerika Selatan, Antartika, India dan Australia.

Profesor Lewis Ashwal, penulis utama jurnal tersebut, mengatakan ada sejumlah potongan benua yang belum ditemukan. Dari berbagai ukuran tersebar di Samudera Hindia, yang tersisa dengan perpisahan itu. "Perpisahan ini tidak melibatkan pembelahan sederhana dari super-benua kuno Gondwana. Tetapi pecah secara kompleks dengan fragmen kerak benua yang ukuran variabelnya terpaut dalam berkembangnya cekungan Samudera Hindia," katanya, dikutip dari CNN News, Jumat (3/2).

Tim membuat penemuan dengan menganalisis mineral zirkon yang ditemukan di bebatuan yang dimuntahkan oleh lava selama letusan gunung berapi. Mereka menyebutkan sisa-sisa mineral itu terlalu tua untuk diklaim sebagai milik Mauritius. "Mauritius adalah sebuah pulau, dan tidak ada batu berusia lebih tua dari 9 juta tahun di pulau itu," kata Ashwal.

Tapi dengan mempelajari batuan di pulau itu, mereka menemukan zirkon yang berusia 3 miliar tahun. Para peneliti mengatakan temuan ini menguatkan studi yang dilakukan pada tahun 2013 yang menemukan jejak zirkon kuno di pasir pantai. Tapi kritikus mengatakan mineral bisa saja ditiup oleh angin, atau dibawa oleh para ilmuwan. Ashwal mengatakan fakta tim menemukan zirkon kuno di batu membantah anggapan bahwa mineral itu terbawa karena tertiup angin, terangkut gelombang atau zirkon yang terakit dari batu apung.

Para peneliti itu mengatakan hasil mereka menunjukkan dengan tegas mengenai keberadaan kerak benua kuno di bawah Mauritius. Benua yang mungkin hilang selamanya, tapi masih meninggalkan jejak untuk mengingatkan kita tentang keberadaannya. "Fakta bahwa kami telah menemukan zirkon dari usia ini membuktikan bahwa ada bahan kerak jauh lebih tua di bawah Mauritius yang hanya bisa berasal dari benua," ujar Ashwal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement