Rabu 18 Jan 2017 10:52 WIB

Mengenal Artificial Intelligence, Kecerdasan Teknologi yang Lebih Komprehensif

Rep: Nora Azizah/ Red: Winda Destiana Putri
MEngenal teknologi Artificial Intelligence. Ilustrasi
Foto: Youtube
MEngenal teknologi Artificial Intelligence. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pernahkah sebelumnya manusia membayangkan bisa berbicara dengan komputer dan ponsel? Micorosoft menciptakan Cortana, sementara Apple mempunyai Siri, kemudian Google mengembangkan Google Talk. Ketika berbicara pada laptop atau ponsel, pemiliknya bisa mendapatkan jawaban.

Entah jawaban berupa ucapan juga atau menghantarkan pengguna ponsel pada laman situs tertentu. Bahkan dengan suara seseorang mampu melakukan panggilan telepon tanpa haru menyentuh layar. Bahkan kinj juga berkembang sejenis chatbot atau robot percakapan dalam suatu layanan tertentu. Bila sebelumnya seorang pelanggan berbicara pada manusia melalui saluran telepon untuk menanyakan informasi pemesanan hotel, kini robot mewakili pekerjaan tersebut. Cukup lakukan percakapan melalui aplikasi chatting. Semua jenis informasi mengenai pelayanan hotel dengan mudah didapatkan.

Bentuk teknologi tersebut dinamakan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI). Dalam dunia teknologi, AI bukan hal baru. Keberadaannya sudah ada cukup lama hanya saja tidak kasat mata. AI sudah mulai diciptakan manusia sejak abad ke 17 oleh para ilmuwan matematika dunia. Namun gaung ketenaran teknologi tersebut baru mencuat sekitar 1950 silam. Christopher Strachey  dari University of Manchester, United Kingdom, merupakan programmer yang pertama kali menuliskan AI pada mesin Ferranti Mark I.

Mesin tersebut terdapat di dalam komputer dengan permainan naskah. Kemudian teknologi mulai dikembangkan secara luas, bahkan digunakan pada sistem pertahanan sebuah negara. Perdebatan mengenai AI memang masih tetap berlangsung. Beberapa ilmuwan menentang pernyataan kecerdasan buatan mampu mencapai titik kepintaran manusia. Namun bagi beberapa ilmuwan dunia, kecerdasan buatan bahkan bisa lebih canggih apabila terus dikembangkan.

Tahun ini beberapa kecerdasan buatan akan membuat dunia terpana. Salah satunya Apple yang memberikan pernyataan akan mengembangkan AI dan merilisnya tahun ini. Pertengahan Desember 2016 lalu laman cnet.com mengabarkan, Apple mengambil langkah besar dalam pengembangan AI. Setelah menggandeng Ruslan Salakhutdinov sebagai Carnegie Mellon Profesor in Machine Learning pada Oktober lalu, Apple juga mengumumkan beberapa kerja sama lain.

Apple menyatakan bahwa pengembangan AI akan dilakukan dengan berpartner bersama beberapa akademisi. Kolaborasi tersebut bukan secara sengaja dilakukan Apple. Selain meningkatkan hubungan kerja, jalan tersebut diambil untuk membuat prestasi dikalangan para pekerja. Langkah yang ditempuh Apple sedemikian serius karena berkaca pada rivalnya, Google dan Microsoft, yang juga secara agresif mengembangkan AI.

Pada 22 Desember lalu Apple juga sudah mengeluarkan paper mengenai penelitian AI yang dikembangkan. Dalam paper tersebut Apple menjelaskan mengenai pengembangan teknis mengenai kemampuan algoritma salam mengenali gambar. Mesin tersebut memperlihatkan bahwa mengenali gambar menggunakan gambar buatan seperti pada video gim lebih efisien daripada menggunakan gambar real-world.

Hal tersebut terjadi karena gambar buatan atau synthetic sudah memiliki ketentuan pasti. Sementara itu gambar real-world, seperti pohon atau hewan, tidak demikian. Algoritma mampu membacanya dengan mudah. Meski demikian gambar tiruan memang belum cukup sempurna. Pengembangan dan uji coba dilakukan Apple dengan menggunakan machine learning bernama Generative Adversarial Networks. Mesin tersebut juga sudah banyak digunakan untuk menyusun photorealistic.

Di Indonesia, AI sudah berkembang dalam bentuk chatbot atau robot. Bots atau chatbots merupakan perangkat lunak berteknologi robot. Aplikasi tersebut mampu mewakili sebuah aktivitas obrolan. Bots memang belum populer. Namun dalam beberapa tahun ke depan platform tersebut akan menjadi tren bagi aplikasi ponsel pintar. Secara sederhana, bots atau chatbots memang tak bisa dilihat secara kasat mata.

Namun penggunaannya sebenarnya sudah lama ditanam, di antaranya dalam aktivitas komputasi melayani pemesanan pengenapan. Bots mengubah pola percakapan langsung ke dalam aplikasi. Ketika seseorang memesan kamar hotel melalui sambungan telepon, maka pihak customer service yang akan melakukan perintah pada perangkat. Dengan menggunakan bots, aktivitas tersebut bisa dilakukan melalui percakapan teks melalui asisten robot.

Bots atau chatbots tengah berkembang di Indonesia, salah satunya dalam meningkatkan layanan finansial. Perangkat lunak yang mewakili aktivitas obrolan berteknologi robot tersebut bisa ditemukan dalam aplikasi Delimabot besutan PT Finnet Indonesia. Untuk menggunakan Delimabot, pengguna harus memiliki akun Telegram terlebih dahulu. Sebab, Delimabot merupakan aplikasi mini yang terdapat di dalam Telegram.

"Delimabot ini serupa dengan Delima Point yang kami miliki sebelumnya," ujar Direktur Utama PT Finnet Indonesia Niam Dzikri dalam acara peluncuran Delimabot di Jakarta, beberapa waktu lalu. Keduanya merupakan aplikasi ponsel pintar yang bisa diunduh melalui perangkat Android atau iOS. Hanya saja Delimabot berbasis teknologi robot sementara Delima Point tidak.

Untuk mengaktifkan Delimabot, pengguna bisa mencari kata kunci @delimabot di dalam aplikasi Telegram. Kemudian akan muncul tombol 'start' untuk memulai registrasi. Pengguna cukup mengikuti instruksi dengan memasukkan Nama dan Nomor Ponsel. Kemudian sebuah notifikasi berbentuk nomor kode akan dikirimkan via pesan teks untuk proses registrasi. Setelah berhasil, pengguna akan mendapatkan ID Pass agar bisa masuk ke dalam platform Delimabot. Apabila ingin masuk Delimabot, pengguna cukup mengetik 'login' dan ketik ID Pass. Delimabot bisa digunakan dengan memasukkan perintah 'menu' pada layar ketik. Penggunaan Delimabot benar-benar berbeda dengan aplikasi mobile pada umumnya. Biasanya di dalam aplikasi pengguna bisa memilih menu dengan menekan fitur yang tersedia. Namun di dalam Delimabot, perintah diberikan dalam bentuk chatting.

Di dalam aplikasi, pengguna bisa melakukan berbagai macam transaksi. Beberapa di antaranya, membeli pulsa dan token PLN. Sementara hanya dua layanan tersebut yang diberikan karena Finnet menyasar pengguna dari kalangan agen pembayaran keliling, transaksi di warung atau UKM, hingga bisnis komunitas. Namun ke depannya beberapa layanan juga akan ditambah, seperti membayar parkir.

"Kami meluncurkan sistem untuk mempermudah transaksi online para pelanggan," lanjut Niam. Delimabot akan bekerja seperti seseorang tengah melakukan percakapan real time dengan lawan bicaranya melalui platform chatting. Hanya saja kali ini pengguna memiliki lawan bicara robot yang akan memberikan jawaban sesuai perintah. Dengan sistem tersebut para pelanggan di pelosok Indonesia tidak sulit beradaptasi dengan aplikasi karena dibuat sedemikian sederhana. Menggunakan Delimabot juga tidak memerlukan ponsel pintar mahal.

Prediksi AI 2017

Massachusetts Institute of Technology (MIT) melakukan prediksi terhadap perkembangan AI di 2017 dan beberapa tahun ke depan. Tahun lalu memang menjadi awal bagi AI dikenal dunia, begitu pula perkembangannya yang cukup besar. Namun 2017 akan mengantarkan lebih banyak lagi peningkatan. Akan banyak ekspektasi mengenai kemudahan berbahasa hingga AI Boom dari Cina. Berikut prediksi MIT yang dilansir melalui Technologyreview.com.

1. AI sebagai Kekuatan Positif

Tahun ini AI akan banyak digunakan untuk menyelesaikan permasalahan robot dan mobil otomatis. Bahkan Google sudah menggunakan AI sebagai reinforcement learning untuk data centee. Hal tersebut membuat data center Google menjadi lebih efisien. Memang penerapannya masih dalam tahap percobaan. Untuk membuktikan AI bisa dimanfaatkan dalam data center membutuhkan waktu. Hasilnya secara efektif masih belum bisa dibuktikan. Namun hal tersebut membuktikan AI sudah bisa merambahkan ke jenjang yang lebih komprehensif dalam penggunaannya.

2. AI untuk Dueling Neural Networks

Dalam konferenai The Neural Information Processing Systems di Barcelona, Spanyol, beberapa waktu lalu memperlihatkan machine learning terbaru bernama Generative Adversarial Networks. Mesin tersebut ditemukan oleh Ian Goodfellow yang merupakan seorang peneliti dari OpenAI. Mesin tersebut mampu memisahkan antara data asli dan palsu sehingga tidak bercampur aduk. Dengan bekerja bersamaan mesin mampu memroduksi data tiruan yang terlihat seperti sebenarnya.

3. AI 'Boom' Milik Cina

Tahun ini akan menjadi pembuktian bagi Cina pada dunia mengenai pengembangan AI. Disinyalir, Cina akan menjadi satu-satunya negara Asia yang diperhitungkan dalam pengembangan AI. Baidu sebagai perusahaan pengembang teknologi besar di Cina sudah melakukan penelitian mengenai AI. Beberapa hal yang dikembangkan, seperti pengenalan wajah dan deteksi bahasa. Kemudian Tencent mengembangkan aplikasi WeChat dengan teknologi AI. Sementara Didi bekerja sama dengan Uber tengah menjalankan Uber Driverless Cars. Para investor Cina juga menanam modal secara besar dalam pengembangan AI tersebut. Diprediksi angka investor mencapai 15 miliar dollar AS hingga 2018 nanti.

4. Deteksi Bahasa

Salah satu target terbesar para peneliti terhadap AI, yakni bisa mengembangkan deteksi bahasa dengan lebih besar. Kemudian mesin juga mampu mendeteksi wajah. Bayangkan saja bila komputer memiliki mesin yang mampu berbicara seluruh bahasa manusia di bumi. Kemudian komputer mampu mengenal seluruh wajah manusia sehingga bisa saling 'kenal' seperti makhluk hidup. Mungkin kita belum bisa berekspektasi terlalu besar. Tetapi target para peneliti bisa mewujudkan dua hal tersebut tahun ini sangat tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement