Senin 16 Jan 2017 16:06 WIB

Strategi Menghadapi Perang Jaringan

Rep: Nora Azizah/ Red: Winda Destiana Putri
Salah satu infrastruktur jaringan Telkomsel di Yogyakarta
Foto: taufik rachman
Salah satu infrastruktur jaringan Telkomsel di Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, Gartner Inc memprediksi, dalam tiga tahun mendatang akan ada sekitar 20 miliar perangkat terkoneksi internet atau pengguna Internet of Things (IoT). Dalam menyiapkan dunia IoT tersebut memerlukan peran operator dan penyedia onfrastruktur jaringan sebagai pendukung teknologi.

Menurut Telecomtechnews, para mobile network operators (MNOs) akan mendapatkan lonjakan penggunaan jaringan. Hal yang akan terjadi, begitu banyak perangkat terkoneksi akan menyebabkan kelambatan akses internet. Bahkan situasi 'perang jaringan' akan terjadi karena perangkat tersebut semakin tak terkendali penggunaannya. Coba bayangkan, tidak hanya ponsel atau tablet yang berebut sinyal. Kulkas, microwave, AC, bahkan hampir seluruh peralatan elektronik rumah tangga akan menggunakan jaringan internet. Suka atau tidak, operator memerlukan strategi dalam memperkuat sinyal. Sebab, permintaan dunia terhadap koneksi bebas tanpa batas akan terus bertambah seiring berkembangnta IoT.

Dengan peningkatan volume perangkat yang saling terkoneksi, MNOs memerlukan hal khusus guna membuat koneksi lebih baik. Penggunaan perangkat IoT dan alat komunikasi tentu akan berbeda. Secara sederhana, perangkat IoT hanya mengumpulkan gunungan data yang sedikit. Perangkat juga akan melakukan putus sambung jaringan secara berkala. Salah satunya smart meters yang digunakan mobil pintar. Pada satu mobil mungkin akan memberikan data mengenai keberadaan tempat parkir.

Namun dalam beberapa saat akan putus karena digunakan untuk menikmati hiburan di dalam mobil. Perangkat akan melakukam putus sambung koneksi internet dalam periode tertentu. Cara kerja yang berbeda dengan ponsel. Secara konsep sinyal 4G LTE berbeda penggunaannya untuk smart meters. Sebab, smart meters yang mengukur jumlah gas sebagai bahan bakar mobil cenderung menggunakan jaringan dengan bandwith kecil.

Beberapa perusahaan penyedia jaringan mungkin sudah mempertimbangkan hal tersebut. Salah satunya Sigfox sebagai jaringan telekomunikasi global wireless asal Prancis yang sudah siap menanggulangi serangan perangkat IoT. Sigfox sudah menyiapkan teknologi pada jaringannya sehingga bisa bekerja pada jaringan 3G dan 4G bahkan dalam penggunaan low bandwith sekalipun.

Tantangan lain, MNOs akan menghadapi permasalahan lain seperti cloud. Perangkat IoT secara merata menggunakan platform cloud dalam penyimpanan data. Namun dalam kasus smart meters, perangkat secara baik berjalan pada koneksi bandwith rendah. Di sisi lain, cloud memerlukan kecepatan jaringan dalam pengolahan serta transfer data. Hal tersebut tentu menjadu dua hal berbeda yang harus dihadapi para perusahaan penyedia jaringan di masa depan dalam menghadapi IoT.

Antisipasi perusahaan penyedia jaringan dunia sudah dilakukan dengan mengembangkan teknologi Network Functions Virtualizations (NFV). Jaringan tersebut diprediksi akan menjadi salah satu solusi penggunaan perangkat IoT di masa depan. Ibarat bangunan, jaringan juga memiliki arsitektur khusus. Bila bangunan tinggi dibuat dengan teknologi mesin yang kasat mata, struktur jaringan memiliki pondasi tak kasat mata. Unsurnya lebih dari sekadar kabel atau menara pemancar. Teknologi di dalam jaringan tak dapat terlihat namun dampaknya begitu besar bagi keberlangsungan hidup manusia. Perusahaan teknologi telekomunikasi dan jaringan raksasa di dunia sudah memprediksi perkembangan jaringan sejak lama. Bahkan sebelum teknologinya berkembang, para ahli sudah siap untuk inovasi mendatang.

Salah satu pemain besar dalam industri telekomunikasi, ZTE tak pernah absen memperlihatkan perkembangan jaringan. Belum lama memperkenalkan Internet of Things (IoT) kini ZTE tengah mengembangkan Network Function Virtualization (NFV) atau virtualisasi jaringan. "Teknologi NFV tak kasat mata karena berada di dalam sebuah jaringan," kata Chief Architect of ZTE CTO Group Mo Li.

Meski demikian teknologi virtualisasi tersebut bisa dimanfaatkan dalam banyak hal, baik dalam meningkatkan kualitas jaringan operator hingga melakukan analisa. NFV merupakan bentuk migrasi dari peralatan telekomunikasi multi platform yang pada dasarnya sudah memiliki server Commercial Off-The-Shelf (COTS). Dalam cara konvensional jaringan telekomunikasi pada umumnya menggunakan beberapa jenis perangkat keras, seperti router data jaringan, core network, dan server berperforma tinggi.

Arsitektur NFV menjadi sebuah teknologi masa depan yang mampu menyelesaikan semua permasalahan tersebut menjadi tuntas. NFV mengubah gaya lama kerja jaringan menggunakan hardware menjadi platform cloud. Dengan cloud perusahaan operator bisa meningkatkan performa jaringannya. NFV juga mendukung berbagai macam aplikasi sehingga bisa mengoperasikan beberapa jenis layanan di dalam platform tersebut.

Hebatnya lagi, perusahaan operator tidak perlu lagi bergantung pada perangkat keras dedicated. Secara sederhana, implementasi NFV bisa memberikan dampak positif yang lebih efisien bagi perusahaan. Misalnya, ketika sebuah pertandingan sepak bola di sebuah stadion para penonton akan sulit mendapatkan sinyal. Hal tersebut harus membuat operator menambah kuota dari jauh waktu sebelumnya. Dengan teknologi NFV proses tersebut bisa terselesaikan lebih cepat. Pengguna jaringan juga mendapatkan sinyal lebih cepat dengan performa tinggi.

Teknokogi NVF juga bisa diterapkan pada mobil pintar untuk kemampuan analisa. Apabila mobil tersebut mengalami kecelakaan, teknologi NVF bisa memberikan analisa mengenai penyebab terjadinya kecelakaan tersebut melalui data. ZTE telah meneliti teknologi tersebut sejak empat tahun lalu. Sejauh ini sudah ada enam operator besar dunia yang menggunakan NFV, salah satunya China Mobile. ZTE juga menjadi penyedia tunggal solusi Engineer-to-Engineer (E2E) berbasis NFV untuk platform Rich Communication Services (RCS) milik China Mobile. Layanan tersebut akan menjadi platform RCS berbasis NFV terbesar di dunia untuk jaringan lebih elastis, aman, dan stabil. Mungkin Indonesia dalam waktu dekat belum mengadopsi banyak perangkat IoT, seperti mobil pintar atau alat elektronik lain. Namun dengan menyediakan infrastruktur NFV, Indonesia siap dalam menghadapi gempuran teknologi IoT.

Telkomsel memprediksi, tahun ini pemakaian akses data akan dikuasai streaming video dan musik. Kebiasaan pengguna Telkomsel mulai bergeser ke arah penggunaan data video dab musik. "Tahun ini akan kuat di dua lini tersebut," kata Vice President Technology and System Telkomsel Ivan Cahya Permana. Telkomsel memperkuat strategi jaringan dengan menambah jumlah Base Transceiver Station (BTS), serta menyediakan produk paket data sesuai perilaku pengguna tersebut.

Beberapa jenis paket data sudah disiapkan bagi pengguna, dan tahun ini juga akan menyediakan beragam promo menarik. Sebagai salah satu operator jaringan terbesar di Indonesia, Telkomsel sudah tersebar melayani 182 kota. Tahun ini rencananya akan menambah sekitar 10 ribu BTS 4G di seluruh Indonesia, termasuk Indonesia bagian timur. Terhadap perkembangan perangkat IoT pertumbuhannya memang belum terlalu terlihat di Indonesia. Namun bila pasar membutuhkan permintaan tersebut, Telkomsel selalu siap dengan beragam inovasi.

Telkomsel selalu mengedepankan permintaan pelanggan dalam memberikan layanan. Akses data tetap menjadi fokus layanan operator karena market masih mengarah lada penggunaan akses data. Tahun ini mungkin penggunaan data akan jauh lebih besar. Selain platform 4G yang kian banyak dan murah, platform pendukung seperti aplikasi dan lainnya juga semakin beragam.

Hingga kuartal ke tiga 2016 trafik layanan data Telkomsel mencapai 631,269 TB. Angka tersebut mengalami kenaikam sebesar 84 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya. Telkomsel memiliki 163 juta pelanggan, termasuk pengguna 4G aktif. Pasca penataan ulang 1800 MHz, Telkomsel memperkuat jaringan di beberapa kota besar. Hal tersebut berkaitan dengan digital lifestyle dari penduduk kota. Namun bukan berarti perusahaan melupakan daerah lain. Jaringan terus dikembangkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement