REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah petikan kuno mengatakan 'Without History, There Would Be No Future'. Tanpa sejarah, memang tidak ada masa depan bagi kehidupan. Begitu pula dengan teknologi. Tanpa penemuan di masa lampau maka tak ada barang-barang elektronik modern seperti sekarang.
Manusia boleh saja berpendapat, kehidupan modern adalah puncak dari peradaban. Namun sejatinya, manusia tidak bisa melupakan sejarah. Bahkan keberlangsungan hidup saat ini tak lepas dari peristiwa di masa lampau. Teknologi kian canggih, memang. Dulu sulit berkirim kabar, hanya bisa melalui sepucuk surat. Siapa sangka internet dan ponsel mampu menggantikan surat. Mengabadikan cerita melalui gambar hanya bisa diterjemahkan dalam lukisan pada masa lampau. Tetapi sekarang kamera bisa melakukannya hanya dalam hitungan detik.
Ada pula beberapa pendapat mengatakan, hidup di masa modern sangat berbeda dengan masa lampau. Baik dari segi gaya hidup, perangkat pendukung, serta fasilitas. Benarkah demikian? Rasanya manusia perlu sedikit melirik jauh ke belakang. Laman Cnet melakukan perbandingan antara teknologi di masa lalu dengan modern. Hasilnya lumayan membuat kaget. Misalnya, mungkin era modern membuat manusia bisa menikmati internet.
Tetapi dahulu kala sudah ada telegram yang bisa melakukan hal serupa meski banyak keterbatasan. Atau media sosial saat ini sebenarnya berasal dari budaya 'menggosip' atau bergunjing di masa lalu. Hanya saja cara orang bergunjing, mengobrol, dan berinteraksi terbungkus sentuhan teknologi. Namin pada dasarnya, manusia yang hidup lebih dulu dari kita sudah melakulan gaya hidup demikian.
Selalu mengikuti perkembangan teknologi memang penting. Namun ada baiknya bila tetap mengetahui sejarah dari teknologi terpopuler dalam beberapa masa. Tak ada salahnya bernostalgia kembali ke masa lampau, seperti era 60-an. Pada tahun tersebut pengembang teknologi sudah mulai memikirkan lifestyle sebagai target market perkembangan produk. Berikut beberapa teknologi paling populer di era 60-an.
Kaset
Tape audio sudah populer sejak 30-an. Menurut Theguardians, teknologi tersebut pertama kali dipamerkan pada Berlin Radio Show 1935 berupa mesin Magnetophon. Namun butuh beberapa waktu lagi untuk memperkenalkan radio tape. Hingga akhirnya Belanda melakukan manufaktur terhadap Philips pada 1963 berbentuk pemutar kaset dengan tenaga baterai. Tiga tahun kemudian Amerika Serikat membuat perubahan dalam dunia musik. Album para penyanyi dibuat dalam versi kaset untuk pertama kalinya. Beberapa penyanyi tenar, seperti Nina Simone, Eartha Kitt, dan Johnny Mathis menjadi penyanyi pertama yang membuat album mereka dalam versi kaset. Standar kaset pertama hanya mampu memuat 45 menit lagu per sisi pita.
Lagi-lagi berterima kasihlah pada Philips. Perkembangan kaset membuat alat pendengar kaset portable atau walkman mulai ada. Philips membuatnya pertama kali di dunia. "Kaset portable bahkan bisa membuat pemiliknya menentukan kondisi hatinya saat itu," kata Professor of Music Psychology dari Edinburgh University. Kaset menjadi fenomena terbaru bagi gaya hidup manusia. Perkembangan kaset kian marak. Bahkan kaset kosong dijual murah. Hal tersebut membawa dampak pada industri musik. Kemudahan dirasakan bagi beberapa penyanyi indie label. Mereka mudah merekam lagu ciptaannya. Rata-rata artist beraliran musik post-punk dan hip-hop melakukan hal demikian. Beberapa rumah produksi, salah satunya EMI, bahkan mengadopsi kaset sebagai bisnis terbesarnya di industri musik.
Peran kaset tidak hanya sebatas itu. Kaset juga menjadi 'majalah musik' pertama yang tidak ditulis di atas kertas. Majalah kaset digunakan untuk melakukan pemasaran musik. Generasi muda pada masa itu lebih suka mendengar kaset daripada membaca majalah. Mungkin gambaran tersebut terjadi pada perkembangan marketing di era digital, hanya saja dalam bentuk video. Salah satu musisi yang laris melakukan pengiklanan melalui majalah kaset adalah Paul McCartney. Saat itu ia ingin membuat reaksi terhadap kematian rekannya John Lennon.
Melalui majalah kaset hal tersebut mudah dilakukan. Majalah kaset tutup sekitar tahun 80-an karena mahalnya biaya produksi. Kaset juga menjadi solusi penyebaran musik ketika banyak negara melarang peredaran beberapa lagu. Musik Rock sempat dilarang beredar di Polandia. Kaset kosong dimanfaatkan para fans. Mereka menyetel musik melalui radio, kemudian merekamnya ke dalam kaset kosong. Kaset mulai hilang ketika musik sudah bisa diunduh melalui internet. Bahkan beberapa toko kaset juga kehilangan produk jual.
Kamera
Fotografi sangat populer pada era 50 sampai 60-an. Dilansir melalui laman Retrowow, salah satu kamera terpopuler pada masa itu adalah Brownie dari Kodak. Hampir setiap orang memiliki kamera jenis tersebut, dan Kodak memang pionir dalam menciptakan kamera. Kodak menciptakan instamatic, dimana film kamera harus tergulung sebelum menangkap gambar. Beberapa orang sempat meremehkan teknologi Kodak tersebut.
Namun di awal 60-an semua kamera justru membuat roll film sebagai standarisasi produk. Kepopuleran kamera film gulung membuat tren film ikut berkembang. Bahkan Jepang menciptakan SLR dengan film 35mm. Film tersebut sudah paling canggih pada masanya. Film 35mm kemudian populer dengan menampilkan gambar slideshow, tidak lagi dicetak. Bahkan penggunaannya populer sering dipakai pada acara pesta malam.
Beberapa produk kamera yang populer di era 60-an, salah satunya Kodak Brownie 127-50s. Apabila melihat album nenek kita, mereka pasti memotret dengan menggunakan kamera tersebut. Sebab, hampir setiap perempuan pada masa tersebut menyukai Kodak Brownie 127-50s untuk mengabadikan peristiwa. Brownie memiliki film dengan gulungan 127 berwarna kekuningan. Tipe ini merupakan produk pertama Kodak yang dibuat sekitar 1952 dan 1959.
Kodak masih mempertahankan tipe tersebut selama beberapa tahun. Hanya saja pada 1959 dan 1963 mengganti desainnya. Kemudian Kodak mulai memroduksi Cresta 3-60s. Kamera tersebut setingkat lebih canggih dari Brownie. Cresta 3 mampu memuat 120 atau 127 roll film. Bahkan kamera sudah mampu menangkap gambar berwarna meski masih dalam jumlah sedikit.
Kehadiran Kodak dengan film berwarna membuat fotografi warna mulai populer. Namun hanya para fotorgrafer profesional saja yang baru menggunakannya. Para fotografer amatir masih memakai film hitam-putih. Fotografi warna menjadi kian populer hingga mendatangkan pekerjaan baru. Untuk melihat hasil foto biasanya diginakan sejenis proyektor. Alat tersebut mampu membuat gambar bergeser satu demi satu untuk melihat hasil foto.
Hal tersebut membuat proyektor lahir sebagai alat pendukung fotografi. Aldis XT Slide Proyektor lahir sekitar tahin 60-an. Banyak pemilik foto membeli proyektor karena ingin melihat hasil foto mereka secara slide show. Aldis XT Slide Proyektor juga menjadi benda favorit di era sixties. Brownie dan kamera manual roll mulai ditinggalkan di era mendekati 80-an. Sebab, Kodak mulai membuat Instamatic, yakni kamera yang mampu melakukan roll film secara otomatis.
Televisi Berwarna
Dulu, menonton televisi hanya bisa dilihat dalam versi hitam-putih. Namun berdasarkan laporan Livinghistoryfarm, televisi sudah menjadi media masa terkuat sejak 1950-an dalam bentuk berwarna. Saat itu tiga jaringan televisi, yakni NBC, CBS, dan ABC mulai melakukan programming televisi secara langsung. Kemudian pads 1962, beberapa acara mulai disiarkan secara langsung di wilayah Philadelphia.
Antara tahun 1949 dan 1969 jumlah peralatan elektronik rumah tangga di Amerika serikat, termasuk televisi, mencapai 44 juta unit. Kepemilikan TV juga meningkat di rumah, yakni dari 88 persen menjadi 96 persen. Kemudian jumlah stasiun televisi juga bertambah, dari 69 menjadi 566. Pertumbuhan iklan juga mengikuti pergerakan televisi. Pertumbuhannya di Amerika naik, mulai dari 58 juta menjadi 1,5 miliar dollar AS. Pertumbuhan tersebut mulai meningkat semenjak kehadiran televisi berwarna.
Konsep televisi berwarna sebenarnya sudah ada sejak 1873 yang ditemukan oleh seorang operator telegram. Penonton bisa melihat video bergerak berwarna melalui arus listrik dengan kamera selenium. Teknologi tersebut kemudian dikembangkan oleh Jerman, dan dibuat hak paten pada 1904. Hak paten tersebut berisi tentang proposal untuk televisi berwarna. Kemudian pada 17 Desember 1953 Federal Communications Comission (FCC) mengesahkan penyiaran stasiun televisi berwarna dari perusahaan RCA. Tidak heran bila 50-an menjsdi awal lahirnya televisi berwarna, namun ketenarannya ada hingga 10 tahun kemudian. RCA kemudian menemukam televisi berwarna pertama di dunia yang masih kompatibel dengan sistem monokrom. Artinya, pada masa itu belum semua siaran televisi berbentuk gambar berwarna tapi masih hitam-putih. RCA membuat televisi yang dibuat bisa memutar dua tayangan itu.
Televisi berwarna memang lahir berkat peran dua ilmuwan Vladimir Kosmich Zworykin dan Philo T Farnsworth. Mereka berdua membuat televisi berwarna dengan harga terjangkau. Zworykin dan Farnsworth memiliki pesaing utama, yakni Baird Television. Baird Television juga melakukan hal serupa dengan membuat program televisi berwarna. Sejak TV sudah menayangkan program dengan penuh warna, beberapa tayangan televisi juga menjadi cukup kreatif.
Tidak hanya siaran langsung berita yang ditayangkan berwarna, beberapa acara hiburan juga tenar dibuat versi full color. Pada 1960 program Andy Griffith Show sudah tayang berwarna. Serial tersebut menayangkan acara dengan latar belakang kota kecil dan seorang sheriff. Andy Griffith Show terus berada di deretan Top 10 acara televisi hingga 1967. Kemudian tayangan Beverly Hillbillies mengikuti jejak Griffith pada 1962. Acara tersebut tenar dengan latar belakang cerita di ladang pertanian.