Selasa 10 Jan 2017 18:46 WIB

Dosen Unair Temukan Alat Diagnosis Toksoplasma

Rep: Binti Sholikah/ Red: Winda Destiana Putri
Kucing tidak selalu menjadi penular utama penyakit toksoplasma yang berbahaya bagi wanita.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kucing tidak selalu menjadi penular utama penyakit toksoplasma yang berbahaya bagi wanita.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --- Tim Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) membuat inovasi produk alat diagnosa toksoplasma. Alat yang diberi nama 'Toxo Kit' tersebut dikembangkan oleh Lucia Tri Suwanti, Mufasirin, Suwarno, Meles, Hani Plumerastuti dan dosen asal Mataram Zainul.

Alat tersebut pertama kali dibuat dan diteliti pada 2014. Sampai saat ini alat tersebut masih dalam proses pengembangan. "Pembuatan alat ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kebutuhan alat diagnosa, salah satunya toksoplasma. Semua biaya dan dana penelitian Toxo Kit dibiayai oleh Kemenristek Dikti, dalam rangka peningkatan mutu dosen," kata Mufasirin melalui keterangan resmi, Selasa (10/1).

Menurutnya, selama ini pengujian adanya toksoplasma lebih sering menggunakan alat diagnosa bernama Uji ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Namun, untuk mengetahui hasil uji, Uji ELISA dianggap memakan waktu sampai dua hari. Sedangkan, hasil dari uji penggunaan Toxo Kit hanya membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit.

Mufasirin yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan II FKH Unair tersebut menjelaskan, cara kerja alat Toxo Kit ini hampir sama dengan alat penguji kehamilan (test pack). Pertama, darah pasien diambil, kemudian diendapkan, dan diteteskan ke dalam alat Toxo Kit. Setelah beberapa saat akan diketahui hasil. Jika hasil cenderung positif, maka garis yang keluar dua garis. Sementara jika cenderung negatif, maka hanya ada satu garis yang akan keluar pada alat tersebut.

Toxo Kit mengandung antigen yang bekerja menangkap material yang ada di sampel atau antibodi. Alat ini juga dilengkapi dengan kandungan sinyal reaksi, berupa materi yang akan bereaksi. Jika hasil sampel menunjukkan nilai positif, sinyal reaksi akan berubah warna. Toxo Kit memiliki sensitivitas atau keakuratan sebanyak 73,5 persen dan spesifitas 66,7 persen. "Alat ini belum bisa dikomparasikan dengan uji toksoplasma yang konvensional, memang standarnya menggunakan Uji ELISA. Namun Toxo Kit ini hadir digunakan sebagai alternatif awal sebagai diagnosa adanya toksoplasma," ungkap Mufasirin.

Melalui Toxo Kit ini, Mufasirin dan tim berharap, alat tersebut dapat membantu masyarakat dalam diagnosa toksoplasma yang dianggap mahal dan memakan waktu lama. Ke depan, Mufasirin dan tim juga berusaha mengoptimalisasikan alat tersebut dengan meningkatkan keakuratan dan spesifikasi. "Kami juga sudah berkomunikasi dengan salah satu produsen kimia untuk produksi alat ini. Mereka memiliki standar tersendiri untuk sebuah alat yang akan di produksi. Maka dari itu kami akan memperbaiki kualitas agar tidak banyak berubah ketika diproduksi massal," terangnya.

Selanjutnya, Mufasirin dan tim berencana untuk mengembangkan kit ini menjadi alat multiguna. Nantinya, alat ini tidak hanya bisa mendeteksi Immuniglobulin G, tapi juga Immunoglobulin M. Sehingga mampu mendeteksi lebih dari satu macam penyakit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement