REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama serangan siber menyasar bank Amerika Serikat dan Rusia, kini giliran Akbank Turki menjadi giliran. Para pelaku melakukan serangan pada Jum'at lalu.
Meski serangan tersebut tidak berhasil menembus sistem pertahanan keamanan, tetapi para pelaku mengincar jalur International Money Transfer System milik Akbank Turki. Pembobolan tersebut dilakukan dengan target transaksi bank secara global.
Melalui Istanbul Stock Exchange, Akbank Turki mengatakan bahwa serangan memang mengincar nominal uang. Namun pihak Akbank berhasil mengetahui hal tersebut. Akbank Turki juga menngungkapkan, tidak ada data nasabah yang berhasil didapatkan para pelaku karena serangan sudah diantisipasi. Tujuan para pelaku mengincar Akbank Turki karena bank tersebut merupakan bank terbesar nomor tiga di dunia berdasarkan aset yang dimilikinya. Pihak bank menyatakan, kejadian tersebut tidak berpengaruh terhadap aset dan asuransi perusahaan.
Akbank Turki juga menyimpulkan, jenis serangan tersebut serupa dengan yang dialami Bank Bangladesh pada Februari lalu. Cara peretasan dan sistem yang digunakan pelaku hampir sama. Seperti diketahui pada Februari lalu telah terjadi peretasan terhadap Bank Bangladesh. Para pelaku berhasil mencuri dana sebesar 1 Miliar dollar AS. Para pelaku mengirimkan semacam pesan SWIFT terhadap tindakannya tersebut kepada pihak bank. Mereka mengatakan, dana tersebut dikirimkan pada salah satu koresponden komplotan yang berada New York Federal Reserve.
Berdasarkan hasil investigasi, peretasan tersebut berhasil menyedot dana bank hingga 81 juta dollar AS. Para pelaku mengirim uang tersebut ke dalam empat akun rekening bank yang diketahui berada di Manila. Kasus peretasan institusi perbankan memang hampir tidak pernah terselesaikan oleh dunia. Celah para pelaku kejahatan untuk menuntaskan aksinya selalu ada meski sistem keamanan mumpuni sudah dipasang secara berlapis, dilansir Reuters.