REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2016 hampir berganti. Tahun ini disebut-sebut sebagai tahun yang cukup parah dalam perubahan iklim.
Meskipun banyak keberhasilan di bidang lingkungan tahun ini seperti Perjanjian Paris, tahun 2016 memiliki banyak cerita buruk mengenai perubahan iklim dan pemanasan global. Dilansir dari Live Science, tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan konsentrasi karbon dioksida yang paling tinggi.
Akan Ada Tambahan 1 Detik di Pengujung Tahun 2016, Kok Bisa?
Tahun 2016 menjadi tahun terpanas sejak 122 tahun lalu. Pada pertengahan tahun 2016, Badan Antariksa AS (NASA) mengumumkan bahwa pada periode Januari-Juni mencetak rekor suhu paling panas. Pada bulan Juli dan Agustus juga merupakan bulan terpanas sejak 136 tahun lalu. Pada bulan November, rata-rata suhu global mencapai 1,2 derajat celcius lebih tinggi dibandingkan era sebelum industri.
Para ilmuwan memperkirakan tahun ini konsenstrasi karbon dioksida di atmosfer akan melewati 400 ppm. Angka ini sebagai pertanda perubahan iklim yang cukup parah. Sejak revolusi industri, manusia telah 'menambahkan' karbon doksida, lebih banyak dibandingkan jumlah yang bisa diserap oleh tumbuhan. Proses ini menambah efek gas rumah kaca dan meningkatkan suhu Bumi.
Tahun 2016 juga disebut-sebut sebagai tahun rusaknya terumbu karang yang paling parah sepanjang sejarah. Peneliti dari Badan Riset Autralia mengamati lebih dari 500 terumbu karang yang tersebar di sepanjang 4.000 km menunjukkan bahwa mayoritas terumbu karang mengalami kerusakan yang parah. Terumbu karang mengalami pemutihan. Lebih dari setengah karang di garis pantai Australia sepanjang 320 km diperkirakan akan segera mati.