REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda mungkin belum terlalu memikirkan sampah ruang angkasa yang melayang tepat di atas Bumi saat ini. National Aeronautics and Space Administration (NASA) memperkirakan ada lebih dari 500 ribu serpihan raksasa yang mengorbit di Bumi.
Sekitar 22 ribu potong serpihan tersebut berukuran sebesar bola kasti dan lebih dari 100 juta fragmen kecil berukuran satu milimeter yang menjadi sampah antariksa. Sampah ini pada dasarnya adalah sisa peluncuran satelit, roket, dan teknologi buatan manusia yang dilepaskan ke luar angkasa.
Benda-benda ini melayang dengan kecepatan 17.500 mil per jam. Ketika sepotong sampah antariksa bertabrakan dengan sampah lainnya, keduanya akan berubah menjadi ratusan potongan lebih kecil, menciptakan lebih banyak sampah yang melayang dengan kecepatan tinggi.
Dilansir dari Here There Everywhere, Jumat (23/12), kondisi ini membahayakan satelit, pesawat ruang angkasa, dan stasiun luar angkasa internasional. Pada 2011, sekelompok astronot harus berlindung di kapsul pelarian karena pesawatnya berbenturan dengan sampah antariksa berukuran besar.
Sebuah chip kecil juga pernah menghantam kaca depan pesawat ulang alik Challenger dengan kecepatan 20 ribu mil per jam. Ini cukup membuat penyok serius kaca depan pesawat ini dan harus diganti ketika mendarat kembali di Bumi.
NASA dan lembaga antariksa lainnya melacak banyak potongan sampah lebih besar yang perlu dihindari pesawat dan satelit luar angkasa. Selama bertahun-tahun banyak ide mengemuka, mulai dari sapu laser, tethers, jaring pemakan sampah seperti Pac Man, sistem radar dan satelit, dan ruang penyapu luar angkasa yang menjadi ide terbaru ilmuwan Jepang.
Teknologi terbaru dari Jepang ini rencananya akan diluncurkan pada 2018. Ruang penyapu luar angkasa ini seperti bagian yang super lengket. Sampah yang menempel akan melekat erat dan ditarik untuk keluar dari orbit Bumi. Jadi, profesi kolektor sampah antariksa akan menjadi pekerjaan menjanjikan di masa depan.