Rabu 07 Dec 2016 18:31 WIB

Pakar: Gempa Pidie Fenomena Pergeseran Sesar Aktif

Warga menggunakan kendaraan melaju di jalanan yang rusak akibat gempa 6.5 SR, di Meuredu, Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warga menggunakan kendaraan melaju di jalanan yang rusak akibat gempa 6.5 SR, di Meuredu, Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pakar gempa dari Unversitas Gadjah Mada, Gayatri Indah Marliyani berpendapat, gempa bumi 6,5 skala Richter di wilayah Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12) pukul 05.03 WIB merupakan fenomena pergeseran sesar aktif, dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

"Dengan pergerakan sesar yang bersifat mendatar, dan terjadi di kedalaman yang dangkal, maka gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami, ujar dia di Departemen Teknik Geologi UGM, Yogyakarta.

Meski demikian, kata dia, gempa yang terjadi kali ini bersifat merusak, terutama karena kedalamannya dangkal dan terjadi di kawasan permukiman padat penduduk. Kerusakan banyak terjadi disebabkan jarak antara pusat gempa dengan permukaan sangat dekat dengan tingkat energi besar yang dilepaskan. "Akibatnya, ketika mencapai permukaan gelombang dengan energi yang besar ini bersifat merusak," kata dia.

Meskipun tidak berpotensi tsunami, dia meminta, masyarakat untuk tetap waspada dan mengantisipasi gempa susulan kekuatannya lebih kecil dan akan terus menurun. Menurut dia, hal utama yang harus dilakukan adalah memeriksa kondisi bangunan. "Sebab, jika sudah rusak atau retak parah, getaran gempa yang kecil pun mampu merobohkan bangunan," katanya.

Mengingat Indonesia merupakan wilayah rawan gempa bumi, Gayatri menekankan, pentingnya upaya mitigasi bencana gempa. Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah memetakan jalur sesar atau patahan aktif di seluruh kawasan Indonesia, terutama di kawasan padat penduduk atau perkotaan.

"Indikasi bahwa sesar ini aktif adalah adanya kegempaan di daerah sesar tersebut. Ketika sesar bergerak dan menimbulkan gempa, sesar ini akan cenderung bergerak lagi di masa yang akan datang," ujar Gayatri.

Oleh karena itu, ucap dia, perlu dilakukan penelitian geologi secara mendalam tentang sejarah kegempaan di sepanjang sesar tersebut, yaitu penelitian untuk menyingkap sejarah gempa masa lalu, jauh melampaui batas rekaman sejarah. Selain itu, setelah terjadi gempa sebaiknya langsung melakukan pemetaan. Pemetaan setelah gempa penting dilakukan untuk mengetahui potensi gempa pada masa mendatang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement