REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar aplikasi dan gim lokal sebenarnya besar di Indonesia. Sayangnya belum banyak aplikasi dan gim lokal yang naik ke permukaan. Semua masih didominasi oleh aplikasi dan gim luar. Hal ini ditegaskan oleh Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Indonesia, Hari Sungkari.
Menurutnya potensi pasar aplikasi dan gim lokal cukup besar. Tahun lalu pasanya mencapai 321 juta dolar Amerika, dan peranan produk lokal hanya 1,7 persen.
“Ini berarti marketnya masih 50 kali yang dibuat teman-teman, tantangan kita mengambil alih, sekarang mulai ada gim Indonesia tahu bulat, Marbel, kita memang memerlukan gim yang memang angkat kearifan lokal, jangan ada buat gim mau menyanyi point blank, tahu bulat dan Marbel itu kearifan lokal, kalaupun pendidikan harus menyangkut budaya lokal itu peluang kita,” ujarnya kepada wartawan usai konferensi pers Bekraf Developer Conference (BDC) di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, yang tahu tentang kearifan lokal itu orang kita sendiri. Saat ini aplikasi dan gim lokal belum banyak, namun sudah mulai menggeliat walau masih kecil. Kalau tahun 2020 Indonesia ingin jadi negara berekonomi digital, menurutnya yang pertama harus menguasai platform.
“Lebih dari 50 persen harusnya isi aplikasi dan gim lokal, tapi kita bukan negara tertutup, pangsa pasar gim internasional tetap ada, tapi lokal akan naik, tapi jangan 1,7 persen, target 50 persen. Paling tidak 40 persen lah,” ujarnya.